BAB I
A. PENGERTIAN
INDIVIDU
“Individu” berasal dari kata latin, “individuun” artinya “yang tak
terbagi”. Jadi, merupakan suatu kebetulan yang dapat dipakai untuk menyatakan
suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Dalam ilmu sosial paham individu
menyangkut tabiatnya dengan kehidupan jiwanya yang majemuk. Memegang peranan
dalam pergaulan hidup manusia. Dalam ilmu sosial, individu menekankan
penyelidikan kepada kenyataan – kenyataan hidup yang istimewa. Yang tak
seberapa memoengaruhi kehidupan manusia.
Individu bukan berarti
manusia sebagai suatu keseleruhan yang tak dapat di bagi, melainkan sebagai
keatuan yang terbatas, yaiut sebagai manusia perseorangan. Dengan demikian
serig digunakan sebutan “orang – orang” atau “ amunisa perseorangan “. Sifat
dang fungsi orang – orang disekitar kita adalah makhluk – makhluk yang agak
berdiri sendiri dalam berbagai hal bersama sama satu sama lain, tetapi dalam
banyak hal banyak pula perbedaannya. Sejenis tapi tak sama, makin tua semakin maju
dan semakin banyak macam – macam tingkat peradabannya. Terjadi bangsa dengan
corak sifat dan tabiat beraneka macam.
Timbulnya diferensiasi
bukan hanya pembawaan, tetapi melalui kaitan dengan dunia yang telah mempunyai
sejarah dengan peradabannya. Hal ini memberikan keuntungan rohani bagi individu
seperti bahasa, agama, adat istiadat dan kebiasaan, paham – paham hukum, ilmu
pengetahuan, dan sebagainya. Akan tetapi, betapa pun besarnya pengaruh
lingkungan sosial terhadap individu. Manusia tetap mempunyai watak dan sifat
tertentu, yang aktif di tengah tengah sesama manusia lainnya. Insyaf akan “aku”
nya sadar, serta mengumpulkan kekuatan rohani untuk bertindak sendiri. Bahkan
individu yang mempunyai kepribadian istimewa.
Dari uraian di atas
dapatlah di simpulkan bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya
memiliki peranan khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai
kepribadian serta pola tingkah laku spesifiknya dirinya. Persepsi terhadap
individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya merupakan suatu
keutuhan ciptaan tuhan yang mempunyai tiga aspek yang melekat pada dirinya,
yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek sosial
kebersamaan. Ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi, kegoncangan pada suatu
aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya.
Makna manusia menjadi
individu apabila pola tingkah lakunya hampir indenti dengan tingkah laku massa
yang bersangkutan. Proses di mana meningkatkan ciri ciri individualitas pada
seseorang sampai pada dirinya sendiri, disebut proses individualitas atau
aktualisasi diri. Individu di bebani berbagai peranan yang berasal dari kondisi
kebersamaan hidup, maka mmuncul struktur masyarakat yang akan menentukan
kemantapan masyarakat. Konflik mungkin terjadi karena pola tingak h laku
spesifik dirinya bercorak bertentangan dengan peranan yang di tuntut oleh
masyarakat dari sekitarnya.
Individu dalam
bertingkah laku menurut pola pribadinya ada tiga kemungkinan : menyimpang dari
norma kolektif kehilangan individualitas atau takluk terhadap kolektif, dan
mempengaruhi masyarakat seperti adanya tokoh pahlawan atau pengacau. Mencari
titik optinium antara dua pola tingkah laku ( sebagai individu dan sebagai
anggota masyarakat ) dalam situasi yang senantiasa memberi konotasi “matang”
atau “dewasa” dalam konteks sosial. Sebelum “baik” atau “tidak baik” pengaruh
individu terhadap masyarakat adalah relatif.
B. PENGERTIAN
PERTUMBUHAN
Walaupun terdapatnya perbedaan pendapat diantara para
ahli, namun diakui bahwa pertumbuhan itu adalah suatu perubahan yang menuju ke
arah yang maju dan lebih dewasa.
Perubahan ini pada
lazimnya disebut dengan istilah proses. Untuk selanjutnya timbul beberapa
pendapat mengenai pertumbuhan dari berbagai aliran yaitu asosiasi, aliran
psichologi gestalt dan aliran sosiologi.
Menurut para ahli yang
menganut lairan asosiasi berpendapat bahwa, pertumbuhan pada dasarnya adalah
proses asosiasi, pada proses asosiasi yang primer adalah bagian – bagian.
Bagian – bagian yang ada lebih dahulu, sedang keseluruhan ada pada kemudian.
Bagian – bagian ini terikat satu sama lain menjadi keseluruhan oleh asosiasi.
Dapat di rumuskan suatu
oengertian tentang proses asosiasi yanitu terjadinya perubahan pada seseorang
secara tahap demi tahap karena pengaruh baik dari pengalaman atau empiris luar
melalui panca indera yang menimbulkan sesations mauun pengalaman dalam mengenai
keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflexionis.
Kedua macan kesan (
sensations dan reflexionis ) merupakan pengertian yang sederhana yang kemudian
dengan proses asosiasi membentuk pengertian yang lebih kompleks.
Lain halnya dengan
pendapat dari aliran psikologis gestalt tentang pertumbuhan. Menurut para ahli
dan aliran ini bahwa pertumbuhan adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi
yang pokok adalah keseluruhan, sedangkan bagian bagiannya hanya mempunyai arti
sebagai bagian dari keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian –
bagian yang lain. Jadi menurut proses ini keseluruhan yang lebih dahulu ada,
baru kemudian menyusul bagian – bagiannya. Jadi dari pendapat psikologi gestalt
ini dapat di simpulkan bahwa pertumbuhan itu adalah proses perubahan secara
perlahan – lahan pada manusia dalam mengenal suatu semula mengenal sesuatu
secara keseluruhan baru kemudian mengenal bagian – bagian dari lingkungan yang
ada.
Kemudian kita mengenal
konsepsi aliran sosiologi dimana ahli dari pengikut ini menganggap bahwa
pertumbuhan itu adalah proses sosisalisasi yaitu proses menganggap bahwa
pertumbuhan itu adalah proses sosialisi yaitu proses perubahan dari sifat mula
– mula yang asosial atau juga sosial kemudian tahap demi tahap
disosialisasikan.
C. FAKTOR
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN.
Dalam membahas pertumbuhan itu ada bermacam – macam aliran, namun pada
garis besarnya dapat di golongkan kedalam tiga golongan, yaitu :
a. Pendirian
nativistik.
Menurut para ahli dari golongan ini
berpendapat, bahwa pertumbuhan individu itu semata mata ditentukan oleh faktor faktor yang
dibawa sejak lahir.
Para ahli dari golongan ini
menunjukan berbagai kesempatan atau kemiripan antara orang tua dengan anaknya.
Misalnya seorang ayah memiliki keahlian di bidang seni lukis maka kemungkinan
keragu – raguan apakah kesamaan yang ada antara orang tua dan anaknya benar
benar disebabkan oleh pembawaan sejak lahor karena adanya fasilitas – fasilitas
atau hal – hal lain yang dapat memberikan dorongan ke arah kemajuannya.
b.
Pendirian empiristik dan environmentalistik.
Pendirian
ini berlawanan dengan pendapat navistik. Para ahli berpendapat bahwa
pertumbuhna individu semata – mata tergantung pada lingkungan sedang dasar
tidak berperanan sama sekali.
Jadi
menurut pendirian ini menolak dasar dalam pertumbuhan individu dan lebih jauh
menekankan pada lingkunga dan konsekuensinya hanya likunganllah yang banyak
dibicarakan. Pendirian semacam ini biasa disebut pendirian yang
environmentalistik. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendirian ini pada
hakikatnya adalah kelanjutan dari faham emperisme.
Apabial
konsepsi ini tahan uji ( benar ) akan di hasilakn manusia manusia ideal aslakna
dapt disediakan kondisi yang dibutuhkan untuk usaha itu. Tetapi dalam
kenyataannya sering di jumpai lain, banyak diantara anak – anak orang kaya atau
orang pandai mengecewakan orang tuannya, karena tidak berhasil dalam belajar,
walaupun fasilitas yang diperlukan telah tersedia secara lengkap dan sebaliknya
pada anak – anak dari prangtua yang kurang mampu sangat berhasil dalam belajar,
walaupun fasilitas belajar yang dimilik sangat minimal, jauh dari mencukupi.
Menurut
faham ini didalam pertumbuhan individu itu baik dasar maupun lingkungan
kedua-duannya memebagn peranan penting. Bakat atau dasar sebagai kemungkinan
ada pada masing – masing individu namun bakat dan dasar yang dipunyai itu perlu
diserasikan dengan lingkungan yang dapat tumbuh dengan baik. Misalnya pada anak
yang normal memiliki dasar atau bakat untuk berdiri tegak diatas kedua kaki,
bila anak ini diasuh dalam lingkungan masyarakat manusia. Tetapi apabila anak
yang normal ini kebetulan terlantar disebuah hutan kemudian diasuh oleh serigala
sudah barang tentu anak itu tidak dapat berdiri tegak pada kedua kakinya dan
dia akan merangkak seperti serigala yang mengasuhnya.
Disamping
harus adanya dasar, juga perlu dipertimbangkan masalah kematangan (readiness),
misalnya anak yang normal berusia enam bulan, walaupun anak tersebut hidup
diantara manusia – manusia lain ada kemungkinan juga anak itu tak akan dapat
berjalan karena belum matang untuk melakukan hal itu.
c. PENDIRIAN
KONVERGESI DAN INTERAKSIONISME
Kebanyakan para ahli mengikuti pendirian
konvergensi dengan modifikasi seperlunya. Suatu modifikasi yang terkenal yang
sering dianggap sebagai perkembangan lebih jauh konsepsi konvergensi ialah
konsepsi interaksionisme yang berpandangan dinamis yang menyatakn bahwa
interaksi antara dasar dan lingkungan dapat menentukan pertumbuhan individu.
Nampak lain dengan konsepsi konvergensi yang berpandangan oleh dasar ( bakat )
dan lingkungan.
d. TAHAP
PERTUMBUHAN INDIVIDU BERDASAR PSIKOLOGI.
Pertumbuhan individu sejak lahir
sampai massa dewasa atau masa kematangan itu melalui beberapa fase sebagai
berikut :
1. Masa vital
yaitu dari 0,0 sampai kira – kira 2,0 tahun.
2. Masa
estetik dari umur kira – kira 2,0 sampai 7,0 tahun
3. Masa
intelektual dari umur kira – kira 7,0 sampai 13,0 atau 14,0 tahun
4. Masa
sosial, kira kira umur 13,0 atau 14,0 tahun sampai kira kira umur 20,0 sampai
21,0 tahun.
o Massa Vital
Pada masa
vital ini individu menggunakan fungsi – fungsi biologis untuk ementukan
berbagai hal dalam dunianya. Menurut frued tahun pertama dalam kehidupan
individu itu sebagai masa oral, karena mulut dipandang sebagaisumber kenikmatan
dan ketidaknikmatan.
Pendapat
semacam ini mungkin beralasan kepada
kenyataan, bahwa pada masa ini mulut memainkan peranan terpenting dalam
kehidupan individu. Bahwa anak memasukan apa saja yang dijumpai ke dalam
mulutnya itu tidak karena mulut merupakan sumber kenikmatan utama, melainkan
karena pada waktu itu mulut merupakan alat utama untuk melakukan eksplorasi dan
belajar. Pad tahun kdua anak berlajar berjalan dan dengan berjalan itu anak
mulai pula belajar menguasai ruang. Disamping itu terjadi pembiasaan tahu akan
kebersihan. Melalui tahun akan kebersihan itu anak belajar mengontrol impuls –
impuls yang datang dalam dirinya.
o Masa
Estetik
Masa
estetik ini dianggap sebagai masa pertumbuhan rasa keindahan. Sebenarnya kata
estetik diartikan bahwa pada masa ini pertumbuhan anak yang terutama adalah
fungsi pancaindera. Dalam masa ini pula tampak munculnya gejala kenakalan yang
umumnya terjadi antara umur 3,0 tahu sampai umur 5,0 tahun. Anak sering
menentang kehendak orang tua atau kadang – kadang menggunakan kata – kata
kasar, dengan sengaja melanggar apa yang dilarang dan tidak melakukan apa yang
seharusnya untuk dilakukan.
Adapun
alasan anak berbuat kenakalan dalam usia – usia tersebut adalah sebagai berikut
:
Berkat
pertumbuhan bahasanya yang merupakan modal utama bagi anak dalam menghadapi
dunianya maka sampailah anak pada penyadaran “aku”nya atau tahap menemukan
“aku”nya yaitu suatu tahap ketika anak menemukan dirinya sebagai subyek.
Kalau pada masa – masa sebelumnya
anak masih merasa satu dengan dunianya belum mampu mengadakan pemisahan secara
sadar antara dirinya sendiri sebagai subyek dan yang lain sebagai obyek maka
kemampuan itu kini dimilikinya. Nerarti dia menyadari bahwa dirinya juga subyek
seperti yang lain. Sebagai subyek dia mempunyai kebebasan untuk menghendaki
sesuatu, mempunyai pula kebebasan untuk menolak sesuatu. Karena jarang
menemukan kenyataan tersebut maka anak seakan – akan ingin mendapatkan
pengalaman sebagai subyek yang bebas
menentukan keinginannya itu.
Pada masa ini terjadi apa yang kita
sebut dengan menghendaki , dan kehendak yang dimiliki tidak dapat di tahan
tahan akan tetapi kalau dia tealh memperolehnya maka dia tidak lagi
memperdulikan dan menghendaki benda yang lain dan seterusnya. Dalam hal ini
kadang – kadang dia melanggar apa yang dilarang dan tidak mengerjakan hal yang
diharuskan. Hal yang demikian itu dilakukannya bukan karena dia keras kepala,
melainkan hanya karena ingin mengalami dan ingin menyaksikan akibatnya. Lalu
bagaimana sikap kita dalam menghadapai anak yang sedang mengalami masa
kegoncangan ini yaitu yang penting bijaksana mengambil jalan tengah tidak
terlalu menekan dan tidak terlalu menonjolkan.
o Masa
intelektual ( masa keserasian bersekolah )
Setelah anak melewati masa
kegoncangan yang pertama, maka proses sosialisasinya telah berlangsung dengan
lebih efektif. Sehingga menjadi matang untuk didik dari pada masa – masa
sebelum dan sesudahnya.
Ada beberapa sifat khas pada anak –
anak pada masa ini antara lain :
1. Adanya
korelasi possitif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah.
2. Sikap
tunduk kepada peraturan – peraturan, permainan yang tradisional.
3. Adanya
sikap kecenderungan memuji diri sendiri.
4. Kalau tidak
dapat menyelesaikan sesuatu soal itu dianggap tidak penting.
5. Senang
membanding – bandingkan dirinya dengan anak lain, bila hal itu menguntukngkan
dalam hubungan ini ada kecenderungan untuk meremehkan anak lain.
6. Adanya
minta kepada kehidupan praktis sehari hari yang kongkrit.
7. Amat
realistik, ingin tahu, ingin belajar.
8. Gemar
membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama sama. Di dalam
permainan ada kecenderungan anak tidak lagi terikat kepada aturanpermainan
tradisional, mereka membuat aturan – aturan sendiri, setelah anak memasuki masa
kelas – kelas tinggi sekolah dasar.
Masa
keserasian bersekolah diakhiri dengan suatu masa peural.
Masa ini
demikian khasnya sehingga menarik perhatian. Sifat – sifat khas anak – anak
masa peral itu dapat diringkas kedalam dua hal yaitu :
1. Ditujukan
untuk berkuasa yang menimbulkan tingkah laku dari perbuatan yang ditujukan
berkuasa, apa yang di inginkan yang dijadikan idam – idamkan adalah sekuat,
sejujur, semenang dan seterusnya.
2. Tingkah
laku ekstrovers yaitu perbuatan yang berorientasi ke luar dirinya, yang dapat
mendorong untuk menyaksikan keadaan – keadaan dunia di luar dirinya dan untuk
mencari teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan pskikisynya. Pada mereke dorongan
bersaing besar sekali sehingga dalam persaingan itulah anak – anak puer
mendapatkan sosialisasi lebih lanjut dan nampak anak puer dapat melakukan ini
dan itu ( si tukang jual aksi ) tetapi di samping itu tidak berani berbuat
begini atau begitu ( si pengecut ), sehingga pada anak puer seringkali dijuluki
si “tukang jual aksi”. Sementara juga di juluki si “pengecut”.
Suatu hal yang penting pada masa ini anak menerima otoritas orang tua dan
guru sebagai suatu hal yang wajar karena itu pada anak – anak ini mengharapkan
adanya sikap yang obyektif dan adil pada pihak orang tua dan guru sebagai
pemegang otoritas sehingga sikap pilih kasih akan mudah menimbulkan problem di
kalangan mereka.
o Masa remaja
Masa remaja merupakan masa yang
banyak menarik perhatian masyarakat karena mempunyai sifat – sifat khas dan
yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakatnya. Pernanan manusia
dewasa harus hidup dalam alam kultur dan harus dapat menempatkan dirinya di
antara nilai – nilai ( kultur ) itu maka perlu mengenal dirinya sebagai
pendukung maupun pelaksana nilai – nilai. Untuk inilah maka ia harus
mengarahkan dirinya agar dapat menemukan diri, meneliti sikap hidup yang lama
dan mencoba – coba yang baru agar dapat mejadi pribadi yang dewasa. Pada
dasarnya ini masih di rinci ke dalam beberapa masa, yaitu :
1. Masa pra
remaja
Penggunaan istilah pra remaja ini hanya untuk menunjukan satu
masa yang mengikuti msa pueral yang berlangsung secara singkat. Masa ini
ditandai oleh sifat – sifat negatif sehingga disebut juga masa negatif.
Pada massa ini terdapat beberapa gejala yang di anggap
sebagai gejala negatif misalnya tidak tenang, kurang suka bekerja, kurang suka
bergerak, lekas lelah, kebutuhan untuk tidur besar, hati sering murung,
pesimistik dan non sosial. Atau dapat di katakan secara ringkasnya sifat –
sifat negatif meliputi sikap negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun
prestasi mental. Negatif dalam sikap sosial baik dalam bentuk pasif maupun
dalam bentuk agresif terhadap masyarakat.
Terjadinya gejala – gejala negatif itu pada umumnya
berpangkal pada biologis yaitu mulai bekerjanya kelenjar kelenjar kelamin yang
dapat membawa perubahan – perubahan yang cepat ini belum mereka pahami sehingga
dapat menimbulkan rasa ragu –ragu kurang pasti dan bersifat malu.
2. Masa remaja
Sebagai gejala pada masa ini adalah merindu puja. Dalam fase
ini ( masa negatif ) untuk pertama kalinya remaja sadar akan kesepian yang
tidak pernah dialalaminya pada masa – masa sebelumnya.
Kesejukan didalam penderitaan yang nampaknya tidak ada orang
yang dapat mengerti dan memahaminya dan menerangkannya. Sebagai reaksi pertama
– tama terhadap gangguan ketenangan dan keamanan batinnya ialah proses terhadap
sekitarnya yang dirasakan tiba tiba bersikap menelantarkan dan memusuhinya.
Sebagai tingkah berikutnya ialah kebutuhan akan teman yang dapat memahami dan
menolongnya serta yang dapat merasakan sukda dan dukanya.
Disinilah mulai timbul dalam diri remaja itu dorongan untuk
mencari pedoman hidup yaitu mencari sesuatu yang dapat di pandang bernilai,
pantas dijunjung tinggi dan di puja puja. Pada masa remaja ini mereka sudah
tidak mau memakai pedoman hidup yang baru. Oleh karena itu maka si remaja itu
merasa tidak tenang, banyak kontradiksi didalam dirinya, mengeritik karena
merasa dirinya mampu, tetapi mereka ini juga masih mencari pertolongan karena
belum dapat mewujudkan keinginannya.
Proses terbentuknya pendirian hidup
atau cita – cita hidup itu dapat dipandang sebagai penemuan nilai – nilai hidup
dalam eksplorasi si remaja. Jadi proses oenemuan nilai – nilai hidup tersebut
melewati tiga langkah yaitu :
1. Karena
tiadanya pedoman hingga mereka merindukan sesuatu yang dapat dianggap bernilai,
pantas hidupnya. Pada taraf ini sesuatu yang di puja itu belum mempunyai bentuk
tertentu, sehingga seringkali mereka hanya tahu bahwa mereka itu menginginkan
sesuatu, tetapi tidak tahu apa yang diinginkan itu.
2. Obyek
pemujaan itu telah menjadi lebih jelas yaitu pribadi – pribadi yang
dipandangnya mendukung nilai – nilai tertentu. Dalam pemujaan terhadap orang –
orang tertentu ini umumnya terdapat perbedaan antara laki – laki dan anak
wanita. Pada anak laki – laki sering nampak aktif meniru sedang anak wanita
kebanyakan pasif, mengangumi dan memuja dalam khayal.
3. Pada remaja
lebih dapat menghargai nilai – nilai lepas dari pendukungnya, nilai dapat di
tangkap dan fahaminya sebagai sesuatu yang abstrak. Oleh karena itu pada saat ini
para remaja mulai dapat menentukan pilihan atau pemikiran hidupnya.
Penentuan
pilihan dan pemikiran hidup mengalami jatuh bangun, tidak dapat satu kali. Jadi
karena mereka ini harus menguji nilai – nilai yang dipilihnya dalam kehidupan
praktis di masyarakat.
Setelah
diketahui bahwa nilai – nilai yang dipilihnya itu tahan uji, maka mereka
pilihlah pendirian hidupnya. Pendirian tersebut tiap kali di modifikasi agar
dapat mengikuti perubahan dan perkembangan masyarakat dalam lingkungan remaja
ini berada. Setelah mereka dapat menemukan pendirian hidup dan telah terpenuhi
tugas tugas pertumbuhan masa remaja maka berarti mereka telah mencapai masa
remaja akhir dan mulailah individu memasuki masa dewasa awal.
3. Masa usia mahasiswa
Masa umur
mahasiswa dapat digolongkan pemuda – pemuda yang berusia sekitar 18 tahun
sampai 30 tahun. Mereka dapat dikelompokan pada masa remaja akhir sampari
dewasa awal atau dewasa madya.
Pada masa
usia mahasiswa banyak peristiwa – peristiwa yang perlu untuk diperhatikan,
antara lain yaitu : bila dilihat dari segi pertumbuhan, tugas perkembangan pada
usia mahasiswa ini adalah pemantapan pendirian hidup, yaitu pengujian lebih
lanjut pendirian hidup serta penyiapan diri dengan keterampilan dan kemampuan –
kemampuan yang digunakan untuk merealisasikan pendirian hidup yang telah
dipilihnya. Mahasiswa ini termasuk kelompok khusus dalam suatu masyarakat maka
mereka mulai mempersiapkan diri untuk menerima tugas – tugas pimpinan dimasa
mendatang. Oleh karena itu mereka mulai mempelajari berbagai aspek kehidupan.
Sebagai remaja pimpinan di pelajari dan dipersiapkan selama usia mahasiswa ini,
misalnya kebudayaan berkeluarga, kemampuan memimpin, kemampuan mengambil
keputusan, kemampuan menyesuaikan diri secara sosial.
Mahasiswa
akan mengalami perubahan secara perlahan demi sikap hidup yang idealistik ke
sikap hidup yang realistik. Dengan deimikian keinginan – keinginan yang
realistik dalam dirinya dan realitas dalam lingkungannya telah diganti dengan
yang lebih berdasar kepada realistik. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa di
kalangan mahasiswa tidak idealisme, justru pada mahasiswa ini hanya terdapat
idealisme tetapi idealisme yang realistik yaitu yang dapat di terapkan dalam
tindakan.
Dengan
uraian – uraian ini di harapkan adanya suatu pemahaman mengenai manusia sebagai
individu. “ manusia merupakan makhluk individual tidak hanya dalam arti makhluk
keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap – tiap itu
merupakan pribadi yang khas, menurut corak kepribadiannya termasuk kecakapannya
sendiri”.
Individu
tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat yang menjadi latar
belakangnya, karena dari sinilah kita akan baru bisa memahami seseorang
individu seperti kata johnson.
“ ....
person are what they are always in social context. ..... the solitary person
unreal, abstract artifical, abnormal.... “
Kehadiran
individu dalam suatu masyarakat biasanya ditandai oleh perilaku individu yang
berusaha menempatkan dirinya di hadapan individi – individu lainnya yang telah
mempunyai pola – pola perilaku yang sesuai dengan norma – norma dan kebudayaan
di tempat ia merupakan bagiannya. Di sini individu akan berusaha mengambil
jarah dan memproses dirinya untuk membentuk perlikakunya yang selaran dengan
keadaan dan kebiasaan yang ada. Perilaku yang telah ada pada dirinya bisa
adjustable, artinya ia bisa menyesuaikan diri. Namun ia bisa juga mengalami
maladjustmen, yaitu kegagalan menyesuaikan diri, mengapa terjadi kegagalan ?
kita bisa menelusuri kembali bentukan perilaku itu. Kepribadian mewujudkan
perikelakuan manusia.
Manusia
sebagai individu selalu berada di tengah – tengah kelompok individu yang
sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses dari individu untuk
menjadi pribadi , tidak hanya didukung oleh dan di hambat oleh dirinya tetapi
juga didukung dan dihambat oleh kelompok sekitarnya
BAB II
Keluarga adalah unit/
satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil
dalam masyarakat. Kelompok ini, dalam hubungannya dengan perkembangan individu,
sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan
individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Tidaklah
dapat di pungkiri, bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya
terbatas selaku penerus keturunan saja. Banyak hal – hal mengenai kepribadian
yang dapat dirunut dari keluarga, yang pada saat pada saat – saat sekarang ini
sering dilupakan orang. Perkembangan intelektual akan kesadaran lingkungan
seorang individu seringkali dilepaskan dan bahkan dipisahkan dengan masalah
keluarga. Hal hal semacam inilah yang sering menimbulkan masalah – masalah
sosial, karena kehilangan pijakan. Keluargasudah seringkali kehilangan
perannya. Oleh karena itu adalah kebijaksanaan kalau di lihat dan dikembalikan
peranan keluarga dan proporsi yang sebenarnya dengan skala prioritas yang pas.
Keluarga pada umumnya diketahui terdiri dari seorang individu (suami) dan
individu lainnya (isteri) yang selalu berusaha menjaga rasa aman dan
ketentraman ketika menghadapi segala suka duka hidup dalam eratnya arti ikatan
luhur hidup bersama.
Keluarga biasanya
terdiri dari suami, isteri dan anak anakny. Anak – anak inilah yang nantinya
berkembang dan mulai bisa melihat dan mengenal arti diri sendiri dan kemudian
belajar melalui pengenalan itu. Apa yang dilihatnya pada akhirnya akan
memberikan suatu pengalaman individual. Dari sinilah ia mulai dikenal sebagai
individu. Individu ini pada tahap selanjutnya mulai dirasakan bahwa telah ada
individu – individu lainnya yang berhubungan secara fungsional. Individu –
individu tersebut adalah keluarga yang memelihara cara pandang dam cara
menghadapi masalah – masalahnya, membinanya dengan cara menelusuri dan
meramalkanhari esoknya, mempersiapkan pendidikan, keterampilan dan udi
pekertinya, akhinya keluarga menjadi semacam model untuk mengidentifikasikan
sebagai keluarga yang broken home, moderate dan keluarga sukses.
A. PENGERTIAN
FUNGSI KELUARGA
Dalam kehidupan keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaan – pekerjaan
yang harus dilakukan. Suatu pekerjaan atau tugas yang harus di lakukan itu
biasa disebut fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan – pekerjaan atau
tugas – tugas yang harus dilaksanakan didalam atau oleh keluarga itu.
B. MACAM –
MACAM FUNGSI KELUARGA
Pekerjaan – pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga itu dapat di
golongkan/dirinci kedalam beberapa fungsi, yaitu :
a) Fungsi
biologis
b) Fungsi
pemeliharaan
c) Fungsi
ekonomi
d) Fungsi
keagamaan
e) Fungsi
sosial
o Fungsi
biologis
Dengan fungsi ini diharapkan agar keluarga dapat
menyelenggarakanpersiapan – persiapan perkawinan bagi anak – anaknya. Karena
dengan perkawinan akan terjadi proses kelangsungan keturunan. Dan setiap
manusia pada hakikatnya terdapat semacam tuntutan biologis bagi kelangsungan
hidup keturunannya melalui perkawinan.
Persiapan perkawinan yang oerlu dilakukan oleh orang –
orang tua bagi anak – anaknya dapat berbentuk lain pengetahuan tentang
kehidupan sex bagi suami istri,pengetahuan untuk mengatur rumah tangga bagi
sang isteri, tugas dan kewajiban bagi suami, memelihara pedidikan bagi anak –
anak dan lain – lain. Sehinga tepat pada waktunya ia sudah matang meneri,a baru
dalam mengarungi hidup untuk rumah tanggannya.
Dengan persiapan yang cukup matang ini dapat
mewujudkan suatu bentuk kehidupan tumah tangga yang baik dan harmonis. Kebaikan
rumah tangga ini dapat membawa pengaruh yang baik pula bagi kehidupan
bermasyarakat.
o Fungsi
pemeliharaan
Keluarga di wajibkan untuk berusaha agar setiap
anggotanya daat terlindung dari gangguan – gangguan sebagai berikut :
1. Gangguan
udara dengan berusaha menyediakan rumah
2. Gangguan
penyakit dengan berusaha menyediakan obat – obatan.
3. Gangguan
bahaya dengan berusaha menyediakan senjata, pagar tembok dan lain – lain.
Bila dalam keluarga fungsi ini telah dijalankan dengan
dengan sebaik – baiknya sudah barang tentu akan membantu terpeliharanya
keamanan dalam masyarakat pula. Sehingga terwujud suatu masyarakat yang
terlepas/terhindar dari segala gangguan apapun yang terjadi.
o Fungsi
ekonomi
Keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok yaitu :
1. Kebutuhan
makan dan minum
2.
Kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya
3. Kebutuhan
tempat tinggal
Berhubung dengan fungsi ini keluarga juga berusaha melengkapi kebutuhan
jasmani dimana keluarga ( orang tua ) diwajibkan berusaha agar anggotannya
mendapat perlengkapan hidup yang bersifat individual. Perlengkapan jasmanilah
keluarga yang sifatnya umum misalnya meja kursi, tempat tidur, lampu dan lain
lain. Sedangkan perlengkapan jasmani bersifat individual misalnya alat – alat
sekolah, pakaian, perhiasan dan lain lain.
Juga dapat termasuk
kedalam golongan perlengkapan jasmani adalah permainan anak. Permainan anak ini
memiliki nilai bagi anak – anak untuk mengembangkan daya cipta disamping
sebagai alat – alat rekreasi anak.
o Fungsi
keagamaan.
Dinegara indonesia yang berideologi pancasila
berkewajiban pada setiap warganya ( rakyat ) untuk menghayati,mendalami dan
mengamalkan pancasila didalm perilaku dan kehidupan keluarganya sehingga benar
– benar dapat diamalkan P4 dan fungsi keluarga itu.
o Fungsi
sosial
Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk
mempersiapkan anak – anaknya bekal – bekal selengkapnya dengan memperkenalkan
nilai – nilai dan sikap – sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari
peranan – peranan yang diharapkan akan mereka jalankan kelak bila sudah dewasa.
Dengan demikian terjadi apa yang disebut dengan istilah sosialisasi.
Dengan fungsi ini diharapkan agar didalam keluarga
selalu terjadi pewarisan kebudayaan atau nilai – nilai kebudayaan. Kebudayaan
yang diwariskan itu adlaah kebudayaan yang telah dimiliki oleh generasi tua
yaitu ayah dan ibu, diwariskna kepada anak – anaknya dalam bentuk antara lain
sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang baik buruknya
perbuatan dan lain – lain.
Dengan melalui nasihat dan larangan, orang tua
menyampaikan norma – norma hidup tertentu dalam bertingkah laku.
Dalam buku ilmu sosial dasar karangan Drs, Soewaryo
Wangsanegara dikatakan bahwa fungsi – fungsi keluarga meliputi beberapa hal
sebagai berikut :
a) Pembentukan
kepribadian dalam lingkungan keluarga para orang tua meletakkan dasar – dasar
kepribadian kepada anak – anaknya edngan tujuan untuk memproduksikan serta
melestarikan kepribadian mereka dengan anak cucu keturunannya. Mulai sejak anak
– anak bertatih – tatih belajar berjalan sampai dengan usia sekolah dengan
penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab, lingkungan keluarga yang bertitik
sentral pada anak ayah dan ibu secara intensif membentuk sikap dan kepribadian
anak – anaknya.
Contoh : pada keluarga suku jawa
atau suku sunda, seorang anak yang menerima sesuatu pemberian dari orang tua
atau kerabar – kerabat keluarga harus menerima dengan tangan kanan. Bila anak
menerima dengan tangan kiri, pemberian itu ditarik surut dan baru setelah anak
menerima dengan tangan kanan pemberian itu benar – benar diberikan. Tindakan
semacam ini merupakan suatu proses mendidik dan membentuk kepribadian dengan
penuh kesadaran dan berencana. Secara bertahap anak – anak juga di ajari dan di
beri pengertian mendasar, bagaimana harus bersopan santun bertingkah laku serta
bertutur kata yang baik dan tepat terhadap teman – teman sebaya, orang tua dan
kepada mereka yang patut dihormati. Apabila terjadi penyimpangan –penyimpangan
yang telah digariskan orang tua akan langsung menegur dan spontan memberitahu
anaknya bahwa hal – hal yang menyimpang dari tata cara yang telah digariskan
adalah tidak benar, tidak sopan.
Turut menentukan pula tingkah laku
seseorang terhadap orang lain, dalam pergaulan diluar lingkungan keluarganya.
b)
Erat kaitannya dengan butir a, keluarga juga berfungsi
sebagai alat reproduksi kepribadian – kepribadian yang berakar dari ketika,
estetika, moral keagamaan, dan kebudayaan yang berkorelasi fungsional dengan
sebuah struktur masyarakat tertentu.
Contoh : dari keluarga seniman
bali, diwariskan keterampilan seni patung atau seni tari bali kepada anak
keturunannya, trampil pula sebagai seniman patung atau sebagai seniman tari
bali, sebagai hasil reproduksi seni patung dan seni tari dalam lingkup keluarga
tersebut.
Akan
berlaku serupa proses reproduksi dari materi – materi kebudayaan dari keluarga
lain dari berbagai suku bansa di republik indonesia khususnya dan masyarakat
dunia pada umumnya.
c)
Keluarga merupakan eksponen dari kebudayaan
masyarakat, karena menempati posisi kunci. Keluarga adalah sebagai jenjang dan
perantara pertama dalam transmisi kebudayaan.
Pada kelompok masyarakat primitif,
peranan keluarga adalah maha penting sebagai transisi kebudayaan, sekalipun
sudah ada pula perantara – perantara lain. Namun demikian pada masyarakat
primitif, peranan keluarga sebagai penyaluran ( transmisi ) kebudayaan sudah
tidak memadai lagi.
Lembaga
lembaga non formal ataupun formal seperti sekolah –sekolah adalah perantara –
perantara dalam bentuk lain dalam transmisi kebudayaan. Semaikn maju dan
dinamis suatu kelompok masyarakat makin banyak memerlukan sekolah – sekolah.
Sejalan dengan itu semakin besar pula fungsi sekolah sebagai perantara dalam
transmisi kebudayaan. Sebaliknya fungsi keluarga sebagai lembaga transmisi
kebudayaan secara realtif semakin mundur.
Contoh :
televisi sebagai produk teknologi modern sudah sedemikina besar berperan
sebagai transmisi kebudayaan. Bahkan menurut margaret mead ( antropolog dari
amerika serikat ) menyatakan bahwa peranan televisi sebagai transmisi
kebudayaan sudah melebihi peranan transmisi kebudayaan lainnya ( mayor Polak
1979 : 108 )
d) Keluarga
berfungsi sebagai lembaga perkumpulan perekonomian. Dalam masyarakat primitf
biasanya terdapat sistem kekeluargaan yang sangat luas. Akan tetai kehidupan
perekonomian masih belum berkembang. Pada kelompoik – kelompok masyarakat yang
lebih kompleks tetapi belum masuk pada era masyarakat industri, perekonomoian
mereka sudah mulai berkembang. Namun begitu ikatan ikatan kekeluargaan masih
terjalin kuat dan sering mempengaruhi atau menguasai bidang perekonomian
mereka.
Contoh : dalam lingkungan “
keluarga besar “ suku batak karo maupun simalungun di sumatera utara, huta atau
kuta yang memegang hak ulayat aras penguasaaan tanah pertanian, baik berupa
sawah atau ladang. Tanah – tanah pertanian yang dikuasai huta atau kuta dapat
diolah angota – anggota keluarga laki laki. Mereka dapat menggarap tanah
pertanian itu seperti tanah milik sendiri. Akan tetapi tidak dapat menjual
tanpa persetujuan dati huta yang di putuskan dengan musyawarah adat. Dalam
lingkungan suku batak karo dan simalungun, ada perbedaan antara golongan
keturunan ari para pendiri huta atau kuta disebut marga tanah memiliki tanah
paling luas . sedangkan golongan lainnya memiliki tanah hanya cukup untuk hidup
( koentjaraningrat, 1979 : 101 ). Kendatipun demikian tanah pertanian yan
dimiliki setiap individu juga ada. Pada keluarga suku batak tiba misalnya, ada
tanah panjaen, tanah yang dimiliki seorang laki – laki atas pemberian orang
tuanya, segera sesudah berumah tangga. Sebaiknya dalam masyarakat yang
berindustrialisasi, perekonomiannya berkembang pesat. Perkembanga perekonomian
itupun tidak mutlak sepenuhnya didukung oleh para pengelola dari sanak
keluarga, namun cenderung terlepas dari ikatan – ikatan kekeluargaan.
e) Keluarga
berfungsi sebagai pusat pengasuhan dan pendidikan. Dalam lingkungan masyarakat
primitif, untuk keperluan pengasuhan dan pendidikan anak – anak ( baik anak
laki maupun perempuan ) dibangun balai pendidikan. Balai pendidikan akan
dimiliki oleh “ keluarga besar batih. Dalam masa pendidikan, anak laki – laki
atau perempuan mempunyai tempat sendiri – sendiri, namun harus tetap tinggal di
balai pendidikan yang terpisah. Pelaksanaan pendidikan anak laki – laki di
tangani oleh ayah bibi dari pihak ibu. Materi – materi pendidikan harus
diketahui dan harus dikuasai oleh seorang anak laki – laki dalam masa
pendidikan dan seterusnya hingga dewasa, misalnya : membuat api, menebang
pohon, membuat kapak, memperbaiki peralatan, termasuk alat – alat berburu,
menangkap ikan, berdagang bahkan pengetahuan mengenai seks juga harus diketahui
dan dikuasai ( koentjaraningrat, et. Al ., 1963 : 228 )
Pengasuhan dan pendidikan anak – anak perempuan lebih
dititik beratkan kepada penguasaan tata cara kehidupan dalam rumah tangga.
Selain dari itu diajarkan pula bagaimana bekerja mencari dan mengambil air dan
bekerja diladang.
Sistem pendidikan semacam ini berlaku dalam lingkungan
msayarakat suku pedalaman atau pesirdi irian jaya, sebelum tahun 1960-an. Dalam
peradaban modern dewasa ini, sistem pendidikan yang berlangsung di balai pendidikan ( laki – laki atau perempuan
)seperti itu sudah jarang di dapat
Secara merata sistem pendidikan serupa itu telah
diganti oleh sekolah – sekolah.
BAB III
INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
1) PENGERTIAN
INDIVIDU
Individu berasal dari kata latin, “ individuun “ yang
artinya yang tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk
menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu
keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yan terbatas yaitu
sebagai manusia perseorangan, demikian pendapat Dr.A.Lysen.
2) PENGERTIAN
KELUARGA
Ada beberapa pandangan atau anggapan mengenai
keluarga. Menurut sigmud freud keluarga itu terbentuk adanya perkawinan pria
dan wanita. Bahwa perkawinan itu menurut beliau adalah berdasarkan pada libido
seksualis. Dengan demikian keluarga merupakan manifestasi dari pada dorngan
seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami isteri.
Perlu kita ketahui bahwa nafsu seksual memang harus
dijuruskan dengan cara – cara yang dapat diterima oleh norma hidup. Namun hidup
seksual itu tidak langgeng sebab seksualitas manusia akan mati sebelum manusia
itu sendiri mati. Kehidupan seksual manusia itu berubah – ubah dari masa ke
masa, dari umu ke umur dari keadaan yang satu ke keadaan yang lain.
Oleh karena itu apabila keluarga ini benar – benara
dibangun atas dasar hidup seksual, maka keluarga itu akan lebih goyah terus dan
akan segera pecah setelah kehidupan seksual suami isteri itu hilang. Hal ini
kurang realistis. Lain halnya adler berpendapat bahwa mahligai keluarga itu
dibangun berdasarkan hasrat atau nafsu yang berkuasa. Tetapi inipun tidak
realistis sebab menurut nalar keluarga yan dibangun diatas dasar nafsu memguasai
tiu tidak pernah sejahtera. Padahal yang dicita – ciakan adalah keluarga
bahagia sejahtera.
Durkheim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga
sosial sebagai hasil faktor – faktor politik ekonomi dan lingkungan.
Ki hajar dewantara sebagai tokoh pendidikan
berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat
oleh suatu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang
hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama – sama memperteguh gabungan itu
untuk memuliakan masing – masing anggotanya.
3) PENGERTIAN MASYARAKAT
Drs JBAF Mayor polaj menyebut masyarakat ( society )
adalah wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas banyak sekali kolektiva
– kolektiva serta kelompok dan tiap – tiap kelompok terdiri atas kelompok –
kelompok lebih baik atau subkelompk.
Kemudian pendapat dari prof M.M Djojodiguno tentang
masyarakat adalah suatu kebetulan dari pada segala perkembangan dalam hidup
bersama atara manusia dengan manusia. Akhirnya hasan sadily berpendapat bahwa
masyarakat adalah suatu keadaan badan atau kumpulan manusia hidup bersama.
Jelasnya : masyarakat adalah suatu kelompok manusia
yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma – norma, adat istiadat yang sama –
asma ditaati dalam lingkungannya.
Tatanan kehidupan norma –norma yang mereka miliki
itulah yang menjadi dasar kehidupa sosial dalam lingkungan mereka, sehingga
dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri –ciri kehidupan yang
khas. Dalam lingkungan itu, antara orang tua dan anak, antara ibu dan ayah,
antara kake dan cucu, antara seama kaum lai – laki atau sesama kamu permepuan,
larut dalam suatu kehidupan yang teratur dan terpadu dalam suatu kelompok
manusia, yang disebut masyarakat.
Memiliki kenyataan dilapangan, suatu kelompok
masyarakat dapat berupa suatu suku bangsa, bisa juga berlatar dari berbagai
suku.
Contoh : yang disebut masyarakat jakarta atau orang
betawi, pada hakikatnya berakar dan bernenek moyang dari berbagai suku. Salah
satu di antaranya adalah suku sunda, jawa barat. Erat kaitannya dengan itu
tatanan kehidupan, norma – norma dan adat isitiadat yang memberi warna
kepribadian orang betawi, salah satu diantaranya berakar dan berasal dari
kebudayaan dan kepribadian suku sunda dan jawa barat.
GOLONGAN MASYARAKAT
Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat,
dapat di golongkan menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat maju (
masyarakat modern ).
a) Masyarakat
sederhana. Dalam lingkungan masyarakat sederhana ( primitif ) pola pembagian
kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja dalam bentuk
lain tidak terungkap dengan jelas, sejalan dengan pola kehidupan dan pola
perkeonomian masyarakat primitif atau belum sedemikian rupa seperti pada
masyarakat maju.
Pembagian
kerja berdasarkan jenis kelamin, nampaknya berpangkal tolak dari latar belakang
adananya kelemahan dan kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam
menghadapi tantangan – tantangan alam yang buas pada saat itu. Berburu atau
menangkap ikan di laut misalnya, merupakan pekerjaan berat yang menurut
keberanian, keterampilan serta kemampuan daya tahan fisik yang kuat. Oleh
karena itu, kedua bidang pekerjaan daya tahan fisik yang kuat. Oleh karena itu, kedua bidang pekerjaan ini
tercatat sebagai monopoli pekerjaan kamu lelaki, disamping pekerjaan –
pekerjaan lain, misalnya menebang pohon, mempersiapkan serta membersihkan lahan
pertanian untuk berladang dan memelihara ternak besar. Mengurus rumah tangga,
menyusui dan mengasuh anak – anak, merajut, membuat pakaian dan bercocok tanam
adalah pekerjaan orang perempuan. Demikian kaum wanita tidak saja mengurus anak
– anak tetapi juga membuat barang – branag anyaman, seperti keranjang dan
mengumpulkan sayuran liar, buah – buahan dan binatang – binatang kerang ( M.
Amir Sutaarga, 1960: 41 – 42 )
Kalau lah
pada saat mengelola tanah pertanian ( ladang atau kebun ) dikerjakan bersama –
sama, amka pekerjaan yang berat seperti : membuka lahan, menyingkirkan pohon –
pohon yang tumbang, dikerjaan oleh orang laki – laki. Kaum wanita mengerjakan yang
ringan – ringan, misalnya menyebar benih menyiangi rumput ( raymond Firth,
et.al 1961 : 107 ). Karena dirasakan perlu menambakan tenaga kerja ada kalanya
pada beberapa masyarakat primitif, seorang isteri meminta kepada suam supaya
mengambil seorang isteri lain untuk meringankan pekerjaan rumah tangganya (
raymond Firth 1961 : 120 ). Pada suku nehe, jika seseorang laki – laki
mempunyai lebih banyak isteri, dia terhindar dari pekerjaan pertanian yang
sangat berat.
Dengan
latar belakang seperti itu, jelas bahwa antara sang suami dengan sang isteri,
dan antara sesama isteri terjadi pembagian kerja dengan kesepakatan yang dapat
diterima satu sama lain.
b) Masyarakat
maju. Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial atau lebih akrab
dengan sebutuan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dengan
perkembangan berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan di capai.
Organisasi
kemasyarakatan itu dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan terbatas sampai
pada cakupan nasional, regional maupun internasional.
MASYARAKAT IDUSTRI DAN NON IDUSTRI
Dalam
lingkungan masyarakat maju dapat dibedakan sebagai kelompok masyarakat non
industri.
1. Masyarakat
non idustri
Secara garis besar, kelompok nasional atau organisasi
kemasyarakatan non industri dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu
kelompok primer ( primary Group ) dan kelompok sekunder ( secondary Group ).
(a) Kelompok
primer
Dalam kelompok primer, interaksi antar anggota terjalin lebih
intensif, lebih erat, lebih akrab. Kelompok primer ini disebut juga kelompok “
face to face group”, sebab para anggota kelompok sering berdialog, bertatap
muka karena itu saling mengenal lebih dekat, lebih akrab, sifat interaksi dalam
kelompok – kelompok primer bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati.
Pembagian kerja atau pembagian tugas pada kelompok menerima serta menjalankan
tugas tidak secara paksa, lebih dititik beratkan pada kesadaran tanggung jawab
para anggota dan berlangsung atas dasar rasa simpati dan secara sukarela.
Contoh – contoh kelompok primer antara lain : kekeluarga
rukun
tetangga, kelompok belajar, kelompok agama dan lain
sebagainya.
(b) Kelompok
sekunder
Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak
langsung, formal juga kurang bersifat kekeluargaan. Oleh karena yaitu sift
interaksi pembagian kerja, pembagian kerja antara anggota kelompok di atur atas
dasar pertimbangan – pertimbangan rasional, obyektif.
Para anggota menerima pembagian
kerja/pembagian tugas atas dasar kemampuan keahlian tertentu disamping dituntut
dedikasi. hal – hal semacam itu diperlukan untuk mencapai target dan tujuan
tertentu yang telah di plot dalam program – program yang telah sama – sama
disepakati. Contoh – contoh kelompok sekunder misalnya: partai politik,
perhimpunan serikat kerja/serikat buruh, organisasi profesi dan sebagainya.
Berlatar belakang dari pengertian resmi dan tak resmi, maka tumbuh dan
berkembang kelompok forma ( formal group ) atau lebih akrab dengan sebutan
kelompok resmi dan kelompok tidak resmi (informal group). Inti perbedaaan yang
terjadi adalah : kelompok tidak resmi tidak berstatus resmi dan tidak didukung
oleh anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga ( ART ) seperti yang lazim
berlaku pada kelompok resmi.
Namun demikian, kelompok tidak
resmi juga mempunyai pembagian kerja, peranan – peranan seta hiraki tertentu,
norma – norma tertentu sebagai pendoman tingkah laku para anggota beserta
konvensi – konvensinya. Tetapi hal ini tidak dirumuskan secara tegas dan
tetrtulis seperti pada kelompok resmi ( W.W. Geurungan. 1980 :91 ).
Contoh : semua kelompok sosial,
perkumpulan – perkumpulan atau organisasi – organisasi kemasyarakatan yang
dimiliki anggota kelompok tidak resmi.
Sering kali dalam tubuh kelompok
resmi juga terbentuk kelompok tak resmi. Angota – anggotanya terdiri atas
beberapa individu atau beberapa keluarga saja. Sifat interaksinya berlangsung
saling mengerti yang lebih mendalam, karena latar belakang pengalaman –
pengalaman, senasib sepenangungan dan pandangan pandangan yang sama.
2. Masyarakat
Industri
Durkheim mempergunakan variasi
pembagian kerja sebagai dasar untuk mengklarifikasikan masyarakat. Sesuai
dengan taraf perkembangannya. Akan tetapi ia lebih cenderung mempergunakan dua
taraf klarifikasi, yaitu yang sederhana dan yang kompleks. Masyarakat –
masyarakat yang berada di tengah kedua ekstrem tadi diabaikannya ( soerjono
soekanto 1982 : 190 )
Jika pembagian kerja bertambah
kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat semakin tinggi, solidaritas
didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara kelompok – kelompok
masyarakat yang telah mengenal pengkhususan. Otonomi sejenis juga menjadi ciri
dari bagian/ kelompok – kelompok masyarakat industri. Otonomi sejenis dapat
diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara
mandiri, sampai pada batas – batas tertentu.
Contoh – contoh : tukang roti,
tukang sepatu, tukang bubut, tukang las, ahli mesin, ahli listrik dan ahli
dinamo, mereka dapat bekerja secara mandiri. Dengan timbulnya spesialisasi
fungsional, makin berkurang pula ide – ide kolektif untuk diekspresikan dan
dikerjakan bersama. Dengan demikian semakin kompleks pembagian kerja, semakin
banya timbul kepribadian individu. Sedah barang tentu masyarakat sebagai
keseluruhan memerlukan derajat intergrasi yang serasi. Akan tetapi hanya akan
sampai pada batas tertentu, sesuai dengan bertambahnya individualisme.
Abad ke-15 sebagai pangkal tolak
dari berkembang pesatnya industrialisasi, terutama didaratan eropa. Hal
tersebut telah melahirkan bentuk
pembagian kerja antara majikan dan buruh. Semula pembagian kerja antara majikan
dan buruh atau mereka ayng magang bekerja berjalan serasi sehingga konflik
jarang terjadi.
Laju pertumbuhan industri –
industri membawa konsekuensi memisahkan pekerja dengan majika lebih nyata.
Majikan sebagai pemilik modal monopoli posisi – posisi tertentu, sehingga
menimbulkan konflik. Sejalan dengan kompleksitas pembagian kerja pekerjaan
menjadi tambah rumit dan terlau khusus. Akibat terjadi konfli – konflik yan tak
dapat dihindari kamu pekerja membentuk serikat serikar kerja/ serikat buruh.
Awal perjuangan tesebut ditandai
dengan keinginan untuk memperbaiki kindisi kerja dan upah. Perjuangan kamu
buruh semakin meningkat, terutama di perusahaan – perusahaan besar. Ketidak
puasaan kaum buruh terhadap kondisi kerja dan upah semakin meluas. Akumulasi
ketidak puasan buruh menjadi bertambah, karena kamum industrialis mengganti
tenaga manusia oleh mesin mesin. Hal ini berakibat membawa stagnasi mental para
buruh, lambat laun menjadi luntur kebanggan memiliki keterampilan dan
spesialisasi semakin meningkat. Dengan demikian pembagian kerja semakin timpang
dan tidak adil
BAB IV
HUBUNGAN ANTARA INDIVIDU, KELUARGA
DAN MASYARAKAT
A. MAKNA
INDIVIDU
Manusia adalah mahluk individu. Mahluk individu berari
mahkluk yang tidak dapat di bai – bagi. Tidak dapat di pisah pisahkan antara
jiwa dan raganya.
Paraahli psikologo modern menegaskan bahwa mausia itu
merupakan suatu kesatuan jiwa raga yang kegiatannya sebagai keseluruhan,
sebagai kesatuan. Kegiatan manusia sehari hari merupakan kegiatan keseluruhan
jiwa raganya. Bukan hanya kegiatan alat – alat tubuh saja, atau bukan hanay
aktivitas dari kemampuan – kemampuan jiwa satu persatu terlepas dari pada yang
lain.
Contoh : manusia sebagai mahluk individu mengalami
kegembiraan atau kecewa akan terpaut dengan jiwa dan raganya. Tidak ganya
dengan mata telinga, tangan, kemauan dan perasaan saja. Dalam kegembiraannya
manusai dapat mengagumi dan merasakan suatu keindahan, karena ia mempunyari
rasa keindahan rasa estetis danlam individunya.
Suatu keindahan ia kagumi dan ia nikmati melalui
indera mata dan indera perasaan yang berbaut menjadi satu kesatuan.
Tegasnya apabila kita mengamati sesuatu, maka kita
bukan hanya melihat sesuatu dengan alat mata kita saja, melainkan juga seluruh
minat dan perhatian yang kita curahkan kepada objek yang kita amati itu.minat
dan perhatian ini sangat dipengaruhi oleh niat dan kebutuhan kita pada waktu
itu. Dalam pengamatan suatu objek keseluruhan jiwa raga kita terlibat dalam
proses pengamatan itu dan tidak hanya indera mata saja.
Pendapat lain bahwa manusia sebagai mahluk individu, tidak
hanya dalam arti mahluk keseluruhan jiwa rag, melainkan juga dalam arti bahwa
tiap – tiap orang itu merupakakan pribadi ( individu ) yang khas menurut corak
kepribadiannya, termasuk kecakapan – kecakapan serta kelemahan kelemahannya.
Sehubungan dengan itu, fallport merumuskan kepribadian manusia sebagai mahluk
individu adalah sebagai berikut : kepribadian adalah organisasi dinamis
daripada sistem – sistem psycho – physik dalam individu yang turut menentukan
cara – caranya yang unik ( khas ) dalam
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Kenyataan –kenyataan yang kita dapati dalam keidupan
sehari – hari setiap individu berkembang sejalan dengan ciri – cirinya khasnya,
walaupun dalam kehidupan lingkungan yang sama. Contohnya yang sangat tepat
adalah anak kembar. Dua individu manusia yang berasal dari satu keturunan yang
sama. Bersumber dari indung telur, tetapi toh – tetap memiliki karakter ramah
tamah,periang dan mudah bergaul dengan teman – teman sebaya dalam
lingkungannya. Anka yang satu lagi bersifat tertutup,pemalu sukar bergaul
dengan teman – teman sebaya dan lingkungannya.
Untuk menjadi individu yang mandiri harus melalui
proses proses yang dilaluinya adalah proses pemantapan dalam pergaulan
dilingkunga keluarga pada tahap pertama. Karakter yang khas itu terbentuk dalam
lingkungan keluarga secara bertahap dan akan mengendap melalui sentuhan –
sentuhan interaksi : etika, estetika dan moral agama. Sejak anak manusia
dilahirkan ia membutuhkan proses pergaulan dengan orang – orang lain untuk
memenuhi kebutuhan batiniah dan lahirian yang membentuk dirinya. Menurut
sigmund freud superego pribadi manusia sudah mulai terbentuk pada saat manusia
berumur 5 -6 tahun.
B. MAKNA
KELUARGA
Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling
penting didalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari
perhubungan laki – laki dan wanita. Perhubungan mana sedikit banyak berlangsung
lama untuk menciptaka dan membesarkan anak – anak. Jadi keluarga dalam bentuk
yang murni merupakan satu kesatuan sosial ini mempunyai sifat – sifat tertentu
yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat.
Disini kita sebutkan 5 macam sifat yang terpenting, yaitu :
1. Hubungan
suami isteri
Hubungan ini mungkin berlangsung
seumur hidup dan mungkin dalam waktu yang singkat saja. Ada yang berbentuk
monogomi ada pula yang poligami. Bahkan masyarakat yang sederhana terdapat “
group married “ yaitu sekelompok wanita dengan sekelompok pria.
2. Bentuk
perkawinan dimana suami isteri itu diadakan dan dipelihara.
Dalam pemilihan jodoh dapat kita lihat, bahwa calon suami –
isteri itu dipilihkan oleh orang orang tua mereka. Sedang pada masyarakat
lainnya diserahkan pada orang orang yang bersangkutan. Selanjutnya perkawinan
ini ada yang berbentuk indogami ( yakni kawin didalam golongan sendiri, ada
pula yang berbentuk exogami, yaitu kawin diluar golongan sendiri).
3. Susunan
nama – nama dan istilah istilah termasuk cara menghitung keturunan.
Didalam beberapa masyarakat
keturunan dihitung melalui garis laki – laki misalnya : di batak. Ini disebut
patrilineal. Ada yang melalui garis wanita. Di minangkabau wanita tidak
mempunyai hak apa – apa bahkan hartanya oun tidak di urusi oleh wanita itu,
melainkan di urus oleh adik atau saudara perempuannya. Sistem ini disebut
: avonculat
4. Milik atau
harga benda keluarga
Dimanapun keluarga itu pasti milik
untuk kelangsungan hidup para anggota – anggotanya.
5. Pada umumya
keluarga itu tempat bersama/ rumah bersama.
C. MAKNA
MASYARAKAT
Seperti hanya dengan definisi sosiologi yang banyak
jumlahnya kita daoati pula definisi definisi tentang masyarakat yang juga tidak
sedikit. Definisi adalah sekedar alat ringkat untuk memberikan batasan –
batasan mengenai sesuatu persoalan atau pengertian ditinjau daripada analisa.
Analisa inilah yang memberikan arti yang jernih dan kokoh dari sesuatu
pengertian.
Mengenai arti masyarakat ini, baiklah sinikita
kemukakan beberapa definisi mengenai masyarakat itu, seperti misalnya :
1. R.Linton :
seorang ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok
manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehinga mereka itu dapat
mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan
sosial dengan batas – batas tertentu .
2. M.J
Herskovit : menulis bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan
dan mengikut satu cara hidup tertentu.
3. J.L Gilin
dan J.P Gillin : mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang
terbesar dan mempunyai kebiasaan tradisi sikap dan perasaan persatuan yang
sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan – pengelompokan yang lebih kecil.
4. S.R
Steinmetz : seorang sosiologi bangsa belanda, mengatakan bahwa masyarakat
adalah kelompok manusia yang terbesar yan meliputi pengelompokan –
pengelompokan manusia yang lebih keci yang mempunyai perhubungan yang erat dan
teratur.
5. Hasan
Sadily : mendefinisikan masyarakat adalah olongan besar atau kecil dari
beberapa manusia dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan
mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.
Kalau kita megikuti definisi linton, maka masyarakat
itu timbul dari setiap kumpulan individu, yang telah cukup lama hidup dan
bekerja sama dalam waktu lama.
Kelompok manusia yang dimaksud diatas yang belum
terorganisasikan mengalami proses yang fundamental,yaitu :
a. Adaptasi
dan organisasi dari tingkah laku para anggota.
b. Timbul
perasaan berkelompok secara lambat laun atau lesprit de corps.
Proses ini biasanya bekerja tanpa disadari dan diikuti
oleh semua anggota kelompok dalam suasana trial dan error. Dari uraian tersebut
diatas dapat kita lihat bahwa masyarakat dapat mempunyai arti yang luas dan
arti yang sempit. Dalam arti yang sempit masyarakat dimaksud sekelompok manusia
yang dibatasi oleh aspek – aspek tertentu, misalnya teritorial, bangsa,
golongan dan sebagainya.
Umpamanya : ada masyarakat mahasiswa, masyarakat jawa
dan masyarakat sunda, masyarakat minag , masyarakat tani dsb. Diapakailah kata
masyrarakat itu dalam arti yang sempit.
Mengingat definisi – definisi masyarakat tersebut
diatas, maka dapat ambil kesimpulan bahwa masyarakat harus mempunyai syarat –
syarat sebagi berikut :
a. Harus ada
pengumpulan manusia dan harus banyak buakn pengumpulan binatang
b. Telah
bertempat tinggal dalam waktu yang lama dalam suatu daerah tertentu
c. Adanya
aturan – aturan atau undang – undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada
kepentingan dan tujuan bersama.
Didalam hubungan antara manusia dengan manusia lain,
yang penting ialah reaksi manusia bertambah luas. Misalnya seorang yang
menyanyi ia memerlukan reaksi berupa pujian atau celaan guna mendorong tindakan
selanjutnya. Di dalam memebrikan reaksi tersebut ada kecenderungan untuk
menserasikan dengan tindakan orang lain.
Hal ini disebabkan manusia sejak mempunyai 2
hasrat/keinginan yaitu :
-
Keinginan unuk menjadi satu dengan manusia lain
disekelilingnya,ilmu sosial.
-
Keinginan untuk menjadi satu dengan suasan
sekelilingnya
Untuk dapat menyesuaikan diri dengan kedua lingkunga
tersebut manusia menggunakan pikiran untuk dapat mengadapi udara dingin, alam
yang kejam dan sebagainya manusia menciptakan rumah, pakaina dll. Manusia juga
harus makan agar etap sehat utnuk itu ia
mengambil makanan sebagai hasil dari alam sekitarnya denga menggunakan akal.
Untuk mencari makanannya, manusia di laut mencari ikan sebagai nelayan, di
hutan manusia terbaru.
Kesemuanya itu di timbulkan kelompok – kelompok sosial
( sosial Groups )dalam kehidupan manusia, karena manusia tak mungkin hidup
sendiri.
Menurut ellwood, faktor – faktor yang menyebabkan
manusia hidup bersama adalah:
a. Dorongan
untuk mencari makan, penyelenggaraan untuk mencari makanan itu lebih mudah di
lakukan dengan bekerjasama.
b. Dorongan
untuk mempertahankan diri terutama pada keadaan primitif dorongan ini merupakan
cambuk untuk kerjasama.
c. Dorongan
untuk melasungkan jenis.
Manusia sebagai mahluk sosial mana pun tersusun dalam
kelompok – kelompok. Fakta ini menunjukan manusia mempunya sosial akan
pembawaan kemasyarakatan ( sejumlah sifat – sifat dapat berkembang dalam
pergaulan dengan sesamanya ) seperti hasrat bergaul dan sebagainya.
Kecenderungan sosial ini merupakan keasnehan yaitu
perasaan yan lain. Misalnya harga diri. Rasa harga diri tampak sebagai
keinginan untuk berharga tetapi juga kelihatan berharga. Orang yang gila hormat
misalnya sebetulnya bertindak karena dorongan penghargaan orang lain. Kadang –
kadang rasa harga diri berhubungan juga dengan suatu kelompok sosial tertentu,
misalnya seorang anggota parpol akan bangga kalau parpolnya dapat menunjukan
prestasi yan baik. Kerap kali harga diri menjelma menjadi nafsu untuk berkuasa.
Suatu himpunan manusia supaya kelompok sosial haris
memenuhi syarat – syarat antara lain :
1. Setiap
anggotanya harus sadar bahwa ia merupakan bagian lain kelompoknya.
2. Ada
hubungan timbal balik atara anggota – anggotanya.
3. Ada faktor
yang dimiliki bersama, seperti nasib yang sama kepentingan yang sama, tujuan
yang sama. Ideologi yang sama dan sebagainya.
Jadi masyarakat itu di bentuk oleh individu – individu
yang beradab dalam keadaan sadar. Individu – individu yang hilang ingatan ,
individu – individu yan fikirannya rusak, individu- individu type pertapa tidak
dapat menjadi anggota masyarakat permanen, melainkan hanyalah kepada mereka
yang benar – benar saling mengikatkan dirinya dengan individu – individu
lainnya.
Membentuk satu kesatuan dapat disebut individu sebagai
anggota masyarakat.
Dapatlah kita membedakan pengertian anatara individu
sebagai perseorangan dan individu sebagai mahluk sosial. Individu perseorangan
berarti individu berbeda dalam keadaan tidak berhubunga dengan individu
lainnya. Atau dengan kata lain : individu yang sedang dalam keadaan memutuskan
hubungannya dengan alam sekitarnya, khususnya masyarakat.
Sedang individu sebagai mahluk sosial berarti individu
yang sedang mengadakan hubungan dengan alam sekitarnya, khususnya masyarakat.
Disini kita dapati manusia dengan sadar menghubungkan sikap tingkah laku dan
perbuatannya dengan individu – individu lainnya. Sehingga terbentuklah suatu
kelompk yang besar dan apabila kelompok – kelompok itu berjalan constant, maka
itula yang disebut masyarakat.
Sesungguhnya telah kita bedaka dua pengertian individu
tersebut sebagai dua pengertian contras, namun kodratnya manusia itu adalah “
mahluk sosial “ bukan mahluk individual. Kenyataan ini sesuai dengan rumus
aristoteles : man is by nature a political animan, yang artinya : manusia pada
kodratnya adalah mahluk yang berkumpul – kumpul atau dengan singkat manusia itu
adala zoon politicon.
Bila rumusan tersebut kita terima dengan sungguh –
sungguh sesuai dengan kenyataannya, maka tak ada jalan lain utnuk mengatakan
bahwa manusia sebagai mahluk sosial adalah sudah pada kodratnya, auguste comte
tersendiri di dalam ilmu pengetahuan sosiologi berpendapat bahwa : kehendak
berkumpul itu memang terkandung di dalam sifat manusia. Nyatalah bahwa manusia
pada kodratnya adalah mahluk sosial yaitu mahluk yang bertindak seirama dengan
kehendak umu yaitu masyarakat.
Kurang lebih 81,2% dari wilayah indonesia bertempat
tinggal di desa. Partisipasinya masyarakat pedesaan amat diperlukan bagi
hasilnya pembangunan dan sekaligus akan dapat meningkatkan penghidupan
masyarakat di pedesaan.
Setiap program pembangunan desa di maksudkan untuk
membantu dan memacu masyarakat desa membangun berbagai sarana dan prasaran desa
yang di perlukan. Lamgkah ataupun kebijaksanaan yang akan di ambil oleh
pemerintah dalam melaksanakan pembangunan perlu diletakan dalam satu kesatuan
dengan daerah kota dalam rangka pengembangan wilayah ayng terpadu.
Kebijaksanaan tersebut akan di dukung pula dengan
adanya lembaga lembaga sosial maupun
ekonomi yang sudah ada di pedesaan seperti lembaga sosial desa ( LSD ) yang
sekarang sudah menjadi lembaga ketakahan masyarakat desa ( LKMD ). Koperasi
Unit desa ( KUD ), badan unit – unit desa ( BUUD ) dan unit daerag kerja
pembangunan ( UDKP ) Dsb. Oleh karena itu fungsi dan peranan desa menjadi
sangat berarti bagi ketahanan negara atau ketahanan nasional republik
indonesia.
B. UNSUR UNSUR
DESA
1. Daerah
dalam arti tanah – tanah yang produktif dan yang tidak, beserta penggunaannya,
termasuk juga usur lokasi, luas dan batas yang merupakan lingkungan geografis
setempat.
2. Penduduk,
adalah hal yang meliputi jumlah pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata
pencaharian penduduk desa setempat.
3. Tata
kehidupan dalam hal ini pola pergaulan dan ikatan ikatan pergaulan warga desa
jadi menyangkut seluk beluk kehidupan masyarakat
Ketiga unsur desa ini tidak lepas satu sama lain,
artinya tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan. Unsur
daerah,penduduk dan tata kehidupan merupakan suatu kesatuan hidup atau “ living
unit “.
Daerah menyediakan kemungkinan hidup, pendudul
menggunakan kemungkinan yang di sediakan oleh daerah itu guna mempertahankan
hidup, tata kehidupan, dalam artian yang baik memberikan jaminan akan
ketrentaman dan keserasian hidup bersama di desa.
Unsur lain yan termasuk unsur desa yaitu unsur letak.
Letak suatu desa pada umumnya selalu jauh dari kota atau dari pusat – pusat
keramaian. Peninjauan ke desa – desa atau perjalanan ke desa sama artinya
dengan menjauhi kehidupan di kota dan lebih mendekati daerah daerah yang
monoton dan sunyi. Desa desa yang pada perbatasan kota mempunyai kemampuan
berkembang yang lebih banyak dari pada desa – desa di pedalaman.
Unsur letak menentukan besar kecilnya isolasi suatu
daerah terhadap daerah – daerah lainnya. Desa yang terletak jauh dari batasan
kota mempunyai tanah – tanah pertanian yang luas. Ini diseababkan karena
penggunaan tanahnya lebih banyak dititik beratkan pada tanaman pokok dan
beberapa tanaman perdagangan dari pada gedung – gedung atau perumahan.
Penduduk merupakan unsur yang penting bagi desa “
potensial ma power “ terdapat di desa yang masih terikat hidupnya dalam bidang
pertanian. Kadang kadang di beberapa desa terdapat tenaga tenaga yang
berlebihan di bidang pertanian, sehingga timbul apa yang disebut dengan istilah
pengangguran tak kentara atau “disguished unemploment” dalam hal ini perlu di
perhatikan penyaluran – penyaluran yang sebaik – baiknya misalnya dengan lebih
meningkatkan dan menyebarkan “rural indutries” atau migrasi yang efisien.
Corak kehidupan di desa didasarkan pada ikatan
kekeluargaan yang erat. Masyarakat merupakan suatu “ gemeinschaft” yang
memeiliki unsur gotong royong yang kuat. Hal ini dapat di mengerti karena
penduduk desa merupakan “face group” dimana mereka saling mengenal betul seolah
– olah mengenal dirinya sendiri.
Faktor lingkungan geografis memberi pengaruh juga
terhadap kegotongroyongan ini misalnya saja :
a.
Faktor topografi setempat yang memberikan suatu ajang
hidup dan suatu bentuk adaptasi kepada penduduk.
b. Faktor
iklim yang dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap penduduk
terutama petani – petaninya.
c.
Faktor bencana alam seperti letusan gunung , gempa
bumi, banjir dan sebagainya yang harus di hadapi dan di alami bersama
BAB V
URBANISASI DAN URBANISME
A. DEFINISI
URBANISASI
Sehubungan dengan perbedaan antara masyarakat pedesaan
dengan masyarakat perkotaan, kiranya perlu pula disinggung perihal urbanisasi.
Urbanisasi adalah suatu proses berpindahnya peduduk dari desa ke kota atau
dapat pula di katakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat
perkotaan.
B. PROSES
URBANISASI
Proses urbanisasi boleh dikatakan terjadi di seluruh
dunia, baik pada negara – negara yang sudah maju industrinya maupun yangsecara
relatif belum memiliki industri. Bahwa urabnisasi mempunyai akibat – akibat
yang negatif terutama dirasakan oleh negara yang agraris seperti indonesia ini.
Hal ini terutama disebabkan karena pada umumnya produksi pertanian sangat
rendag apabila di bandingkan dengan jumlah manusia yang dipergunakan dalam
produksi tersebut dan boleh dikatakan bahwa faktor kebanyakan penduduk dalam
suati daerah “ over population” merupakan gejala yang umum di negara agraris
yang secara ekonomis masih terbelakang.
Proses urbanisasi dapat terjadi dengan lambat maupun
cepat hal mana tergantung dari pada keadaan masyarakat yang bersangkutan.
Proses tersebut terjadi dengan menyangkut dua aspek yaitu :
-
Perubahannya masyarakat desa menjadi masyarakat kota
-
Bertambahnya penduduk kota yang disebabkan oleh
mengalirnya penduduk yang berasal dari desa – desa ( pada umumnya disebabkan
karena penduduk desa merasa tertarik dengan keadaan kota )
Sehubungan dengan proses tersebut di atas ,aka ada beberapa sebab yang
mengakibatkan suatu daerah tempat tinggal mempunyai penduduk yang baik, artinya
adlaah sebab suatu daerah mempunyai daya tarik sedemikian rupa sehinnga orang –
orang pendatang semakin banyak. Secara umu dapat dikatakan bahwa sebab sebabnya
adalah sebagai berikut :
1) Daerah yang
termasuk menjadi puast pemerintahan atau menjadi ibu kota ( seperti contohnya
jakarta )
2)
Tempat tersebut letaknya sangat strategis seklai usaha
– usaha perdagangan/ perniagaan, seperti misalnya sebuah kota pelabuhan atau
sebuah kota yang letaknya dekat pada sumber – sumber bahan – bahan mentah.
3) Timbulnya
industri di daerah itu, yang memproduksikan barang barang maupun jasa – jasa.
v BUKU MKDU Ilmu
Sosial Dasar karangan Harwan tiyoko dan neltjee F. Katuuk.
v