Gadget

Minggu, 11 November 2012

PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT


PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT
1.     PENGERTIAN PELAPISAN SOSIAL
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
Individu-individu yang terdiri dari berbagai latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri dari kelompok sosial. Dengan adanya kelompok sosial ini, maka terbentuklah suatu lapisan masyarakat yang bersetara.
Betapa individu dan masyarakat adalah komplementer dapat kita lihat dari kenyataan, bahwa :
1. Manusia dipengaruhi oleh masyarakat demi pembentukan pribadinya ;
2. Individu mempengaruhi masyarakat dan bahkan bisa menyebabkan (berdasarkan pengaruhnya) perubahan besa masyarakat.
Pitirim A.Sorokin memberikan definisi pelapisan masyarakat sebagai berikut :”Pelapisan masyarakat adalah perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas yang tesusun secara bertingkat (hierarchis)”.

2.     TERJADINYA PELAPISAN SOSIAL
 Terjadi dengan sendirinya
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Ada pula lapisan tertentu yang terbentuk bukan berdasarkan kesengajaan, tetapi secara alamiah. Pengakuan-pengakuan terhadap kekuasaan dan wewenang tumbuh dengan sendirinya.
Oleh karena sifatnya yang tanpa sengaja inilah, maka bentuk lapisan dan dasar daripada pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu dan kebudayaan masyarakat dimana system itu berlaku.
▪ Terjadi dengan sengaja
Sistem ini ditunjukan untuk mengejar tujuan bersama. Dengan adanya pembagian yang jelas dalam hal wewenang dan kekuasaan ini, maka didalam organisasi itu teradapat keteraturan sehingga jelas bagi setiap orang ditempat mana letaknya kekuasaan dan wewenang yang dimiliki dan dalam suatu organisasi baik secara vertical maupun horizontal.
Didalam sistem organisasi ini mengandung dua system, yaitu:
1) Sistem Fungsional; merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat. Namun kelemahannya karena organisasi itu sudah diatur sedemikian rupa, sering terjadi masalah dalam menyesuaikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
2) Sistem Skalar;merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas(vertical).

3.     PEMBEDAAN SISTEM PELAPISAN MENURUT SIFATNYA
Dapat dibedakan menjadi :

1) Sistem pelapisan masyarakat yang tertutup
Pelapisan tertutup misalnya :
▪ Kasta Brahmana : merupakan kastanya golongan-golongan pendeta dan merupakan kasta tertinggi.
▪ Kasta Ksatria :merupakan kasta dari golongan bangsawan dan tentara yang dipandang sebagai lapisan kedua.
▪ Kasta Waisya : merupakan kasta dari golongan pedagang yang dipandang sebagai lapisan menengah ketiga.
▪ Kasta Sudra : merupakan kasta dari golongan rakyat jelata.
▪ Paria : golongan dari mereka yang tidak mempunyai kasta. Misalnya kaum gelandangan, peminta dan sebagainya.

2) Sistem pelapisan masyarakat terbuka
Sistem yang demikian dapat kita temui didalam masyarakat Indonesia. Setiap orang diberi kesempatan untuk menduduki segala jabatan bila ada kesempatan dan kemampuan utnuk itu. Tetapi disamping itu, orang juga dapat turun dari jabatannya bila dia tidak mampu mempertahankannya.
Status (kedudukan)yang diperoleh berdasarkan atas usaha sendiri disebut “Archieve status”.

4.     BEBERAPA TEORI TENTANG PELAPISAN SOSIAL
Ada yang membag pelapisan masyarakat seperti berikut :
Masyarakat terdiri dari kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class). Semakin tinggi golongannya semakin sedikit orangnya.
Beberapa dicantumkan teori-teori tentang pelapisan masyarakat:

1) Aristoteles mengatakan bahwa didalam tiap-tiap Negara teradapat 3 unsur yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali dan mereka yang berada ditengah-tengahnya.
2) Prof. Dr. Selo Sumardjan Soemardi SH. MA. menyatakan: selama didalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya maka barang itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.
3) Vilfredo Pareto, sarjana Italia menyatakan bahwa ada dua kelas yang senanatiasa berbeda setiap waktu yaitu gol.Elite dan gol.Non Elite. Perbedaan watak, keahlian dan kapasitas.
4) Gaotano Mosoa, sarjana Italia, didalam “The Rulling class” menyatakan sebagai berikut :
Didalam seluruh masyarakat dari masyarakat yang sangat kurang berkembang, sampai kepada masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas yang pemerintah dan kelas yang diperintah. Kelas pertama (pemerintah) lebih sedikit. Kelas kedua (diperintah) lebih banyak.
5) Karl Marx : Pada pokoknya ada dua macam didalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyainya dan hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan dalam proses produksi.

Kriteria yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota-anggota masyarakat kedalam lapisan social sebagai berikut :
1) Ukuran kekayaan : barang siapa yang mempunyai kekayaan paling banyak, termasuk kedalam lapisan sosial teratas. Seperti bentuk rumah, mobil pribadi dsb.
2) Ukuran kekuasaan : barang siapa yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan sosial teratas.
3) Ukuran kehormatan : orang yang paling disegani dan dihormati menduduki lapisan sosial teratas. Misalnya golongan tua atau orang yang berjasa kepada masyarakat.
4) Ukuran ilmu pengetahuan : seperti gelar kesarjanaan.
Ukuran-ukuran diatas yang menonjol sebagai dasar timbulnya pelapisan sosial dalam masyarakat. Jadi kriteria pelapisan sosial pada hakikatnya tergantung pada sistem nilai yang dianut oleh anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan.
-          Kesamaan Derajat
-          Seseorang sebagai anggota Masyarakat mempunyai hak dan kewajiban baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah dan Negara.
-          Beberapa hak dan kewajiban telah ditetapkan dalam undang-undang sebagai hak dan kewajiban asasi.
-          Undang – undang tersebut berlaku sama untuk semua orang tanpa kecuali dalam artii semua orang mempunyai kesamaan derajat dan ini dijamin oleh undang – undang.
-          Kesamaan derajat ini terwujud dalam jaminan hak yang diberikan dalam berbagai sector kehidupan.
-          Hak inilah yang banyak dikenal dengan Hak Asasi Manusia (HAM).

5.     Pasal - Pasal UUD’45 Tentang Persamaan Hak
-          Berbagai instrumen HAM di Indonesia antara lain termuat dalam :
a. Pembukaan dan batang tubuh UUD 1945
1) Pembukaan UUD 1945
Hak asasi manusia tercantum dalam pembukaan UUD 1945 :
a) Alinea I : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah haak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
b) Alinea IV : “… Pemerintah Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial……”
2) Batang Tubuh UUD 1945
Secara garis besar hak-hak asasi manusia tercantum dalam pasal 27 sampai 34 dapat dikelompokkan menjadi :
a) Hak dalam bidang politik (pasal 27 (1) dan 28),
b) Hak dalam bidang ekonomi (pasal 27 (2), 33, 34),
c) Hak dalam bidang sosial budaya (pasal 29, 31, 32),
d) Hak dalam bidang hankam (pasal 27 (3) dan 30).
Berdasarkan amandemen UUD 1945, hak asasi manusia tercantum dalam Bab X A Pasal 28 A sampai dengan 28 J.
-          Elite dan Massa
-          Dalam masyarakat tertentu ada sebagian penduduk ikut terlibat dalam kepemimpinan, sebaliknya dalam masyarakat tertentu penduduk tidak diikut sertakan. Dalam pengertian umum elite menunjukkan sekelompok orang yang dalam masyarakat menempati kedudukan tinggi. Dalam arti lebih khusus lagi elite adalah sekelompok orang terkemuka di bidang-bidang tertentu dan khususnya golongan  kecil yang memegang kekuasaan.
-          Dalam cara pemakaiannya yang lebih umum elite dimaksudkan : “ posisi di dalam masyarakat di puncak struktur struktur sosial yang terpenting, yaitu posisi tinggi di dalam ekonomi, pemerintahan, aparat kemiliteran, politik, agama, pengajaran, dan pekerjaan-pekerjaan dinas.” Tipe masyarakat dan sifat kebudayaan sangat menentukan watak elite. Dalam masyarakat industri watak elitnya berbeda sama sekali dengan elite di dalam masyarakat primitive.
-          Di dalam suatu pelapisan masyarakat tentu ada sekelompok kecil yang mempunyai posisi kunci atau mereka yang memiliki pengaruh yang besar dalam mengambil berbagai kehijaksanaan. Mereka itu mungkin para pejabat tugas, ulama, guru, petani kaya, pedagang kaya, pensiunan an lainnya lagi. Para pemuka pendapat (opinion leader) inilah pada umumnya memegang strategi kunci dan memiliki status tersendiri yang akhirnya merupakan elite masyarakatnya.
-          Ada dua kecenderungan untuk menetukan elite didalam masyarakat yaitu : perama menitik beratakan pada fungsi sosial dan yang kedua, pertimbangan-pertimbangan yang bersifat mral. Kedua kecenderungan ini melahirkan dua macam elite yaitu elite internal dan elite eksternal, elite internal menyangkut integrasi moral serta solidaritas sosial yang berhubungan dengan perasaan tertentu pada saat tertentu, sopan santun dan keadaan jiwa. Sedangkan elite eksternal adalah meliputi pencapaian tujuan dan adaptasi berhubungan dengan problem-problema yang memperlihatkan sifat yang keras masyarakat lain atau mas depan yang tak tentu.
-          Isilah massa dipergunakan untuk menunjukkan suatu pengelompokkan kolektif lain yang elementer dan spotnan, yang dalam beberapa hal menyerupai crowd, tetapi yang secara fundamental berbeda dengannyadalam hal-hal yang lain. Massa diwakili oleh orang-orang yang berperanserta dalam perilaku missal seperti mereka yang terbangkitkan minatnya oeleh beberap peristiwa nasional, mereka yang menyebar di berbagai tempat, mereka yang tertarik pada suatu peristiwa pembunuhan sebagai dibertakan dalam pers atau mereka yang berperanserta dalam suatu migrasi dalam arti luas.

Senin, 05 November 2012

TUGAS ISD KE 4


v PENGERTIAN PEMUDA
Pemuda adalah generasi muda sebagai pewaris, penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sebagai sumber insani bagi pembangunan nasional, posisi generasi muda dalam masyarakat menempati mata rantai yang paling sentral dalam artian bahwa, pemuda berperan sebagai pelestari nilai budaya, kejuangan, pelopor dan perintis pembaruan melalui karsa, karya dan dedikasi.

v PENGERTIAN SOSIALISASI
Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya. Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli
1.      Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
2.      Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
3.      Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
4.      Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.

v INTERNALISASI BELAJAR DAN SOSIALISASI

Ketiga kata atau istilah tersebut pada dasarnya memiliki pengertian yang hampir sama. Proses berlangsungnya sama yaitu melalui interaksi sosial. istilah internasilasasi lebih ditekankan pada norma-nroma individu yang menginternasilasikan norma-norma tersebut. Istilah belajar ditekankan pada perubahan tingkah laku, yang semula tidak dimiliki sekarang telah dimiliki oleh seorang individu. istilah spesialisasi ditekankan pada kekhususan yagn telah dimiliki oleh seorang individu, kekhususan timbul melalui proses yang agak panjang dan lama

v PROSES SOSIALISASI
Menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam tahap-tahap sebagai berikut.

• Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami manusia sejak dilahirkan, ketika seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita. Makna kata tersebut juga belum dipahami dengan tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata “makan” tersebut dengan cara menghubungkannya dengan kenyataan yang dialaminya.

• Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan:
Semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.
Mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tua, kakak, dan sebagainya.
Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini.
Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan pertahanan diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai (Significant other).

• Tahap siap bertindak (Game Stage)

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.

• Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya. 

v  PERNANAN SOSIAL MAHASISWA DAN PEMUDA DI MASYARAKAT.
Mahasiswa dan pemuda memiliki peran yang sama di masyarakat, karena mahasiswa adalah sekumpulan pemuda yang berosialisasi di lingkungan masyarakat. Peran mereka justru sangat penting di masyarakat,  sebagai pemuda seharusnya kita dapat membuat perubahan bagi masyarakat yang kita diami saat ini. Peranan sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat, kurang lebih sama dengan peran warga yang lainnnya di masyarakat. Mahasiswa mendapat tempat istimewa karena mereka dianggap kaum intelektual yang sedang menempuh pendidikan. Pada saatnya nanti sewaktu mahasiswa lulus kuliah, ia akan mencari kerja dan menempuh kehidupan yang relatif sama dengan warga yang lain. Mahasiswa memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam pembangunan bangsa dan negara oleh karena itu peran mereka sangat diperlukan. Kita sebagai mahasiswa harusnya lebih berfikir ke depan dan positif. Semua tingkah laku kita akan selalu di pantau oleh masyarakat jadi sebaiknya kita tidak bertindak sembrono dalam mengatasi masalah apapun.

Pola Dasar Pembinaan Dan Pengembangan Generasi Muda. 
Landasan Idiil                         : pancasila
Landasan Konstitusional         : Undang-Undang dasar 1945
Landasan Strategis                 : Garis-garis Besar Haluan Negara
Landasan History                    : Sumpah pemuda 28 oktober 1928 dan prolamasi kemerdekaan 17          Agustus 1945
Landasan normatif                   : Etika,tata nilai dan kebudayaan luhur.
Tanpa ikut sertanya pemuda dalam pembangunan suatu negara akan berjalan sulit,bukan karena pemuda sebagai lapisan masyarakat yang cukup besar tetapi juga tanpa adanya kegairahan dan kreatifitas dalam menciptakan pembangunan nasional akan berjalan sulit

v  PENGERTIAN POKOK PEMBINAAN DAN PENGEBANGAN GENERASI MUDA
1.   Generasi muda sebagai subyek pengembangan dan pembinaan adalah mereka yang memiliki bekal-bekal dan landasan untuk mandiri dalam keterlibatannya.
2.   Generasi muda sebagai obyek pembinaan dan pengembangan ialah mereka yang masih memerlukan pengembangan dan pengembangan pendidikan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan ke tingkat yang optimal.
Tujuan pokok sosialisasi adalah untuk membuat mahasiswa menjadi lebih terbuka terhadap orang-orang ataupun kejadian-kejadian di sekitarnya.  

v  MASALAH – MASALAH GENERASI MUDA
Masalah generasi muda saat ini sangat bervariasi dan jika dibahas satu per satu tidak akan ada habisnya. Generasi muda atau bisa disebut juga remaja yang sedang dalam tahap pencarian jati diri. Tahap itukah yang rentan akan godaan, baik godaan dari diri sendiri atau dari lingkungan sekitar. Pergaulan mereka bersama teman - teman mereka juga dapat mempengaruhi pola pikir mereka. Masalah yang timbul pada generasi muda itu diakibatkan karena mereka belum bisa memilih mana yang terbaik untuk masa depan mereka. Kebanyakan remaja saat ini hanya mementingkan kehidupan glamorisasi mereka. Walaupun masih ada remaja yang berlomba-lomba dan bersaing dalam menimba ilmu. Kenakalan remaja itu harus diatasi, dicegah dan dikendalikan sedini mungkin agar tidak berkembang menjadi tindak kriminal yang lebih besar yang dapat merugikan dirinya sendiri, lingkungan masyarakat dan masa depan bangsa.



Adapun masalah yang dihadapi remaja saat ini adalah :
a.         Kebutuhan Akan Figur Teladan
Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang berlangsung dari keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar nasihat-nasihat bagus yang hanya tinggal kata-kata indah.
b.         Sikap Apatis
Sikap apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada saat yang b ersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di dalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di masyarakatnya.
c.          Kecemasan Dan Kurangnya Harga Diri
Kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat penenang, seks dan lainnya).
d.         Ketidakmampuan Untuk Terlibat
Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau malahan dengan uang
e.         Perasaan Tidak Berdaya
Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin menguasai gaya hidup dan pola berpikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau menciptakan masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk pertama-tama berpikir tentang keselamatan diri kita di tengah2 masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik atau ijasah.
f.   Pemujaan Akan Pengalaman

sebagian besar tindakan2 negatif anak muda dengan minumam keras, obat2an dan seks pada mulanya berawal dari hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini memberikan pandangan yagn keliru tentang pengalaman


v POTENSI GENERASI MUDA
Generasi muda memiliki potensi yang sangat luas jika ia ada keinginan untuk menggali potensi itu. Potensi itu dapat berupa kademik, keahlian atau kelebihan mereka dalam suatu bidang. Potensi akan terlihat jika remaja sungguh-sungguh ingin mewujudkannya dengan niat dan tujuan yang baik.
v  TUJUAN POKOK SOSIALISASI.
Sosialisasi mempunyai tujuan sebagai berikut :
a.      Memberikan keterampilan kepada seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat
b.      Mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif
c.       Membantu mengendalikan fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
d.      Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat

v MENGEMBANGIKAN POTENSI GENERASI MUDA
Dalam pengembangan potensi remaja dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan yang bersifat positif dan bermanfaat, seperti mengikuti kegiatan karang taruna di lingkungan rumahnya. Dengan mengikuti berbagai kegiatan remaja dapat belajar mengatasi masalah dengan bertindak positif dan bekerja sama. Remaja juga dapat membedakan mana yang baik dan buruk.









DAFTAR PUSTAKA

TUGAS ISD Ke #


BAB I
PERTUMBUHAN INDIVIDU
A.    PENGERTIAN INDIVIDU
“Individu” berasal dari kata latin, “individuun” artinya “yang tak terbagi”. Jadi, merupakan suatu kebetulan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Dalam ilmu sosial paham individu menyangkut tabiatnya dengan kehidupan jiwanya yang majemuk. Memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Dalam ilmu sosial, individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan – kenyataan hidup yang istimewa. Yang tak seberapa memoengaruhi kehidupan manusia.

            Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseleruhan yang tak dapat di bagi, melainkan sebagai keatuan yang terbatas, yaiut sebagai manusia perseorangan. Dengan demikian serig digunakan sebutan “orang – orang” atau “ amunisa perseorangan “. Sifat dang fungsi orang – orang disekitar kita adalah makhluk – makhluk yang agak berdiri sendiri dalam berbagai hal bersama sama satu sama lain, tetapi dalam banyak hal banyak pula perbedaannya. Sejenis tapi tak sama, makin tua semakin maju dan semakin banyak macam – macam tingkat peradabannya. Terjadi bangsa dengan corak sifat dan tabiat beraneka macam.

            Timbulnya diferensiasi bukan hanya pembawaan, tetapi melalui kaitan dengan dunia yang telah mempunyai sejarah dengan peradabannya. Hal ini memberikan keuntungan rohani bagi individu seperti bahasa, agama, adat istiadat dan kebiasaan, paham – paham hukum, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Akan tetapi, betapa pun besarnya pengaruh lingkungan sosial terhadap individu. Manusia tetap mempunyai watak dan sifat tertentu, yang aktif di tengah tengah sesama manusia lainnya. Insyaf akan “aku” nya sadar, serta mengumpulkan kekuatan rohani untuk bertindak sendiri. Bahkan individu yang mempunyai kepribadian istimewa.

            Dari uraian di atas dapatlah di simpulkan bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifiknya dirinya. Persepsi terhadap individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya merupakan suatu keutuhan ciptaan tuhan yang mempunyai tiga aspek yang melekat pada dirinya, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek sosial kebersamaan. Ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi, kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya.

            Makna manusia menjadi individu apabila pola tingkah lakunya hampir indenti dengan tingkah laku massa yang bersangkutan. Proses di mana meningkatkan ciri ciri individualitas pada seseorang sampai pada dirinya sendiri, disebut proses individualitas atau aktualisasi diri. Individu di bebani berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup, maka mmuncul struktur masyarakat yang akan menentukan kemantapan masyarakat. Konflik mungkin terjadi karena pola tingak h laku spesifik dirinya bercorak bertentangan dengan peranan yang di tuntut oleh masyarakat dari sekitarnya.

            Individu dalam bertingkah laku menurut pola pribadinya ada tiga kemungkinan : menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitas atau takluk terhadap kolektif, dan mempengaruhi masyarakat seperti adanya tokoh pahlawan atau pengacau. Mencari titik optinium antara dua pola tingkah laku ( sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat ) dalam situasi yang senantiasa memberi konotasi “matang” atau “dewasa” dalam konteks sosial. Sebelum “baik” atau “tidak baik” pengaruh individu terhadap masyarakat adalah relatif.

B.     PENGERTIAN PERTUMBUHAN
Walaupun terdapatnya perbedaan pendapat diantara para ahli, namun diakui bahwa pertumbuhan itu adalah suatu perubahan yang menuju ke arah yang maju dan lebih dewasa.
           
            Perubahan ini pada lazimnya disebut dengan istilah proses. Untuk selanjutnya timbul beberapa pendapat mengenai pertumbuhan dari berbagai aliran yaitu asosiasi, aliran psichologi gestalt dan aliran sosiologi.

            Menurut para ahli yang menganut lairan asosiasi berpendapat bahwa, pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi, pada proses asosiasi yang primer adalah bagian – bagian. Bagian – bagian yang ada lebih dahulu, sedang keseluruhan ada pada kemudian. Bagian – bagian ini terikat satu sama lain menjadi keseluruhan oleh asosiasi.

            Dapat di rumuskan suatu oengertian tentang proses asosiasi yanitu terjadinya perubahan pada seseorang secara tahap demi tahap karena pengaruh baik dari pengalaman atau empiris luar melalui panca indera yang menimbulkan sesations mauun pengalaman dalam mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflexionis.

            Kedua macan kesan ( sensations dan reflexionis ) merupakan pengertian yang sederhana yang kemudian dengan proses asosiasi membentuk pengertian yang lebih kompleks.

            Lain halnya dengan pendapat dari aliran psikologis gestalt tentang pertumbuhan. Menurut para ahli dan aliran ini bahwa pertumbuhan adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi yang pokok adalah keseluruhan, sedangkan bagian bagiannya hanya mempunyai arti sebagai bagian dari keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian – bagian yang lain. Jadi menurut proses ini keseluruhan yang lebih dahulu ada, baru kemudian menyusul bagian – bagiannya. Jadi dari pendapat psikologi gestalt ini dapat di simpulkan bahwa pertumbuhan itu adalah proses perubahan secara perlahan – lahan pada manusia dalam mengenal suatu semula mengenal sesuatu secara keseluruhan baru kemudian mengenal bagian – bagian dari lingkungan yang ada.

            Kemudian kita mengenal konsepsi aliran sosiologi dimana ahli dari pengikut ini menganggap bahwa pertumbuhan itu adalah proses sosisalisasi yaitu proses menganggap bahwa pertumbuhan itu adalah proses sosialisi yaitu proses perubahan dari sifat mula – mula yang asosial atau juga sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan.

C.     FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN.
Dalam membahas pertumbuhan itu ada bermacam – macam aliran, namun pada garis besarnya dapat di golongkan kedalam tiga golongan, yaitu :
a.      Pendirian nativistik.
Menurut para ahli dari golongan ini berpendapat, bahwa pertumbuhan individu itu semata  mata ditentukan oleh faktor faktor yang dibawa sejak lahir.
Para ahli dari golongan ini menunjukan berbagai kesempatan atau kemiripan antara orang tua dengan anaknya. Misalnya seorang ayah memiliki keahlian di bidang seni lukis maka kemungkinan keragu – raguan apakah kesamaan yang ada antara orang tua dan anaknya benar benar disebabkan oleh pembawaan sejak lahor karena adanya fasilitas – fasilitas atau hal – hal lain yang dapat memberikan dorongan ke arah kemajuannya.
b.      Pendirian empiristik dan environmentalistik.
Pendirian ini berlawanan dengan pendapat navistik. Para ahli berpendapat bahwa pertumbuhna individu semata – mata tergantung pada lingkungan sedang dasar tidak berperanan sama sekali.

Jadi menurut pendirian ini menolak dasar dalam pertumbuhan individu dan lebih jauh menekankan pada lingkunga dan konsekuensinya hanya likunganllah yang banyak dibicarakan. Pendirian semacam ini biasa disebut pendirian yang environmentalistik. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendirian ini pada hakikatnya adalah kelanjutan dari faham emperisme.

Apabial konsepsi ini tahan uji ( benar ) akan di hasilakn manusia manusia ideal aslakna dapt disediakan kondisi yang dibutuhkan untuk usaha itu. Tetapi dalam kenyataannya sering di jumpai lain, banyak diantara anak – anak orang kaya atau orang pandai mengecewakan orang tuannya, karena tidak berhasil dalam belajar, walaupun fasilitas yang diperlukan telah tersedia secara lengkap dan sebaliknya pada anak – anak dari prangtua yang kurang mampu sangat berhasil dalam belajar, walaupun fasilitas belajar yang dimilik sangat minimal, jauh dari mencukupi.
Menurut faham ini didalam pertumbuhan individu itu baik dasar maupun lingkungan kedua-duannya memebagn peranan penting. Bakat atau dasar sebagai kemungkinan ada pada masing – masing individu namun bakat dan dasar yang dipunyai itu perlu diserasikan dengan lingkungan yang dapat tumbuh dengan baik. Misalnya pada anak yang normal memiliki dasar atau bakat untuk berdiri tegak diatas kedua kaki, bila anak ini diasuh dalam lingkungan masyarakat manusia. Tetapi apabila anak yang normal ini kebetulan terlantar disebuah hutan kemudian diasuh oleh serigala sudah barang tentu anak itu tidak dapat berdiri tegak pada kedua kakinya dan dia akan merangkak seperti serigala yang mengasuhnya.

            Disamping harus adanya dasar, juga perlu dipertimbangkan masalah kematangan (readiness), misalnya anak yang normal berusia enam bulan, walaupun anak tersebut hidup diantara manusia – manusia lain ada kemungkinan juga anak itu tak akan dapat berjalan karena belum matang untuk melakukan hal itu.

c.       PENDIRIAN KONVERGESI DAN INTERAKSIONISME
Kebanyakan para ahli mengikuti pendirian konvergensi dengan modifikasi seperlunya. Suatu modifikasi yang terkenal yang sering dianggap sebagai perkembangan lebih jauh konsepsi konvergensi ialah konsepsi interaksionisme yang berpandangan dinamis yang menyatakn bahwa interaksi antara dasar dan lingkungan dapat menentukan pertumbuhan individu. Nampak lain dengan konsepsi konvergensi yang berpandangan oleh dasar ( bakat ) dan lingkungan.

d.      TAHAP PERTUMBUHAN INDIVIDU BERDASAR PSIKOLOGI.
Pertumbuhan individu sejak lahir sampai massa dewasa atau masa kematangan itu melalui beberapa fase sebagai berikut :
1.      Masa vital yaitu dari 0,0 sampai kira – kira 2,0 tahun.
2.      Masa estetik dari umur kira – kira 2,0 sampai 7,0 tahun
3.      Masa intelektual dari umur kira – kira 7,0 sampai 13,0 atau 14,0 tahun
4.      Masa sosial, kira kira umur 13,0 atau 14,0 tahun sampai kira kira umur 20,0 sampai 21,0 tahun.

o   Massa Vital
Pada masa vital ini individu menggunakan fungsi – fungsi biologis untuk ementukan berbagai hal dalam dunianya. Menurut frued tahun pertama dalam kehidupan individu itu sebagai masa oral, karena mulut dipandang sebagaisumber kenikmatan dan ketidaknikmatan.
Pendapat semacam ini  mungkin beralasan kepada kenyataan, bahwa pada masa ini mulut memainkan peranan terpenting dalam kehidupan individu. Bahwa anak memasukan apa saja yang dijumpai ke dalam mulutnya itu tidak karena mulut merupakan sumber kenikmatan utama, melainkan karena pada waktu itu mulut merupakan alat utama untuk melakukan eksplorasi dan belajar. Pad tahun kdua anak berlajar berjalan dan dengan berjalan itu anak mulai pula belajar menguasai ruang. Disamping itu terjadi pembiasaan tahu akan kebersihan. Melalui tahun akan kebersihan itu anak belajar mengontrol impuls – impuls yang datang dalam dirinya.

o   Masa Estetik
Masa estetik ini dianggap sebagai masa pertumbuhan rasa keindahan. Sebenarnya kata estetik diartikan bahwa pada masa ini pertumbuhan anak yang terutama adalah fungsi pancaindera. Dalam masa ini pula tampak munculnya gejala kenakalan yang umumnya terjadi antara umur 3,0 tahu sampai umur 5,0 tahun. Anak sering menentang kehendak orang tua atau kadang – kadang menggunakan kata – kata kasar, dengan sengaja melanggar apa yang dilarang dan tidak melakukan apa yang seharusnya untuk dilakukan.
Adapun alasan anak berbuat kenakalan dalam usia – usia tersebut adalah sebagai berikut :
Berkat pertumbuhan bahasanya yang merupakan modal utama bagi anak dalam menghadapi dunianya maka sampailah anak pada penyadaran “aku”nya atau tahap menemukan “aku”nya yaitu suatu tahap ketika anak menemukan dirinya sebagai subyek.
            Kalau pada masa – masa sebelumnya anak masih merasa satu dengan dunianya belum mampu mengadakan pemisahan secara sadar antara dirinya sendiri sebagai subyek dan yang lain sebagai obyek maka kemampuan itu kini dimilikinya. Nerarti dia menyadari bahwa dirinya juga subyek seperti yang lain. Sebagai subyek dia mempunyai kebebasan untuk menghendaki sesuatu, mempunyai pula kebebasan untuk menolak sesuatu. Karena jarang menemukan kenyataan tersebut maka anak seakan – akan ingin mendapatkan pengalaman sebagai subyek yang  bebas menentukan keinginannya itu.
            Pada masa ini terjadi apa yang kita sebut dengan menghendaki , dan kehendak yang dimiliki tidak dapat di tahan tahan akan tetapi kalau dia tealh memperolehnya maka dia tidak lagi memperdulikan dan menghendaki benda yang lain dan seterusnya. Dalam hal ini kadang – kadang dia melanggar apa yang dilarang dan tidak mengerjakan hal yang diharuskan. Hal yang demikian itu dilakukannya bukan karena dia keras kepala, melainkan hanya karena ingin mengalami dan ingin menyaksikan akibatnya. Lalu bagaimana sikap kita dalam menghadapai anak yang sedang mengalami masa kegoncangan ini yaitu yang penting bijaksana mengambil jalan tengah tidak terlalu menekan dan tidak terlalu menonjolkan.

o   Masa intelektual ( masa keserasian bersekolah )
Setelah anak melewati masa kegoncangan yang pertama, maka proses sosialisasinya telah berlangsung dengan lebih efektif. Sehingga menjadi matang untuk didik dari pada masa – masa sebelum dan sesudahnya.
Ada beberapa sifat khas pada anak – anak pada masa ini antara lain :
1.      Adanya korelasi possitif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah.
2.      Sikap tunduk kepada peraturan – peraturan, permainan yang tradisional.
3.      Adanya sikap kecenderungan memuji diri sendiri.
4.      Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal itu dianggap tidak penting.
5.      Senang membanding – bandingkan dirinya dengan anak lain, bila hal itu menguntukngkan dalam hubungan ini ada kecenderungan untuk meremehkan anak lain.
6.      Adanya minta kepada kehidupan praktis sehari hari yang kongkrit.
7.      Amat realistik, ingin tahu, ingin belajar.
8.      Gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama sama. Di dalam permainan ada kecenderungan anak tidak lagi terikat kepada aturanpermainan tradisional, mereka membuat aturan – aturan sendiri, setelah anak memasuki masa kelas – kelas tinggi sekolah dasar.
Masa keserasian bersekolah diakhiri dengan suatu masa peural.
Masa ini demikian khasnya sehingga menarik perhatian. Sifat – sifat khas anak – anak masa peral itu dapat diringkas kedalam dua hal yaitu :
1.      Ditujukan untuk berkuasa yang menimbulkan tingkah laku dari perbuatan yang ditujukan berkuasa, apa yang di inginkan yang dijadikan idam – idamkan adalah sekuat, sejujur, semenang dan seterusnya.
2.      Tingkah laku ekstrovers yaitu perbuatan yang berorientasi ke luar dirinya, yang dapat mendorong untuk menyaksikan keadaan – keadaan dunia di luar dirinya dan untuk mencari teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan pskikisynya. Pada mereke dorongan bersaing besar sekali sehingga dalam persaingan itulah anak – anak puer mendapatkan sosialisasi lebih lanjut dan nampak anak puer dapat melakukan ini dan itu ( si tukang jual aksi ) tetapi di samping itu tidak berani berbuat begini atau begitu ( si pengecut ), sehingga pada anak puer seringkali dijuluki si “tukang jual aksi”. Sementara juga di juluki si “pengecut”.
Suatu hal yang penting pada masa ini anak menerima otoritas orang tua dan guru sebagai suatu hal yang wajar karena itu pada anak – anak ini mengharapkan adanya sikap yang obyektif dan adil pada pihak orang tua dan guru sebagai pemegang otoritas sehingga sikap pilih kasih akan mudah menimbulkan problem di kalangan mereka.

o   Masa remaja
Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian masyarakat karena mempunyai sifat – sifat khas dan yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakatnya. Pernanan manusia dewasa harus hidup dalam alam kultur dan harus dapat menempatkan dirinya di antara nilai – nilai ( kultur ) itu maka perlu mengenal dirinya sebagai pendukung maupun pelaksana nilai – nilai. Untuk inilah maka ia harus mengarahkan dirinya agar dapat menemukan diri, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba – coba yang baru agar dapat mejadi pribadi yang dewasa. Pada dasarnya ini masih di rinci ke dalam beberapa masa, yaitu :
1.      Masa pra remaja
Penggunaan istilah pra remaja ini hanya untuk menunjukan satu masa yang mengikuti msa pueral yang berlangsung secara singkat. Masa ini ditandai oleh sifat – sifat negatif sehingga disebut juga masa negatif.
Pada massa ini terdapat beberapa gejala yang di anggap sebagai gejala negatif misalnya tidak tenang, kurang suka bekerja, kurang suka bergerak, lekas lelah, kebutuhan untuk tidur besar, hati sering murung, pesimistik dan non sosial. Atau dapat di katakan secara ringkasnya sifat – sifat negatif meliputi sikap negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental. Negatif dalam sikap sosial baik dalam bentuk pasif maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat.
Terjadinya gejala – gejala negatif itu pada umumnya berpangkal pada biologis yaitu mulai bekerjanya kelenjar kelenjar kelamin yang dapat membawa perubahan – perubahan yang cepat ini belum mereka pahami sehingga dapat menimbulkan rasa ragu –ragu kurang pasti dan bersifat malu.

2.      Masa remaja
Sebagai gejala pada masa ini adalah merindu puja. Dalam fase ini ( masa negatif ) untuk pertama kalinya remaja sadar akan kesepian yang tidak pernah dialalaminya pada masa – masa sebelumnya.
Kesejukan didalam penderitaan yang nampaknya tidak ada orang yang dapat mengerti dan memahaminya dan menerangkannya. Sebagai reaksi pertama – tama terhadap gangguan ketenangan dan keamanan batinnya ialah proses terhadap sekitarnya yang dirasakan tiba tiba bersikap menelantarkan dan memusuhinya. Sebagai tingkah berikutnya ialah kebutuhan akan teman yang dapat memahami dan menolongnya serta yang dapat merasakan sukda dan dukanya.
Disinilah mulai timbul dalam diri remaja itu dorongan untuk mencari pedoman hidup yaitu mencari sesuatu yang dapat di pandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan di puja puja. Pada masa remaja ini mereka sudah tidak mau memakai pedoman hidup yang baru. Oleh karena itu maka si remaja itu merasa tidak tenang, banyak kontradiksi didalam dirinya, mengeritik karena merasa dirinya mampu, tetapi mereka ini juga masih mencari pertolongan karena belum dapat mewujudkan keinginannya.

Proses terbentuknya pendirian hidup atau cita – cita hidup itu dapat dipandang sebagai penemuan nilai – nilai hidup dalam eksplorasi si remaja. Jadi proses oenemuan nilai – nilai hidup tersebut melewati tiga langkah yaitu :
1.      Karena tiadanya pedoman hingga mereka merindukan sesuatu yang dapat dianggap bernilai, pantas hidupnya. Pada taraf ini sesuatu yang di puja itu belum mempunyai bentuk tertentu, sehingga seringkali mereka hanya tahu bahwa mereka itu menginginkan sesuatu, tetapi tidak tahu apa yang diinginkan itu.
2.      Obyek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas yaitu pribadi – pribadi yang dipandangnya mendukung nilai – nilai tertentu. Dalam pemujaan terhadap orang – orang tertentu ini umumnya terdapat perbedaan antara laki – laki dan anak wanita. Pada anak laki – laki sering nampak aktif meniru sedang anak wanita kebanyakan pasif, mengangumi dan memuja dalam khayal.
3.      Pada remaja lebih dapat menghargai nilai – nilai lepas dari pendukungnya, nilai dapat di tangkap dan fahaminya sebagai sesuatu yang abstrak. Oleh karena itu pada saat ini para remaja mulai dapat menentukan pilihan atau pemikiran hidupnya.
Penentuan pilihan dan pemikiran hidup mengalami jatuh bangun, tidak dapat satu kali. Jadi karena mereka ini harus menguji nilai – nilai yang dipilihnya dalam kehidupan praktis di masyarakat.
Setelah diketahui bahwa nilai – nilai yang dipilihnya itu tahan uji, maka mereka pilihlah pendirian hidupnya. Pendirian tersebut tiap kali di modifikasi agar dapat mengikuti perubahan dan perkembangan masyarakat dalam lingkungan remaja ini berada. Setelah mereka dapat menemukan pendirian hidup dan telah terpenuhi tugas tugas pertumbuhan masa remaja maka berarti mereka telah mencapai masa remaja akhir dan mulailah individu memasuki masa dewasa awal.

3.      Masa  usia mahasiswa
Masa umur mahasiswa dapat digolongkan pemuda – pemuda yang berusia sekitar 18 tahun sampai 30 tahun. Mereka dapat dikelompokan pada masa remaja akhir sampari dewasa awal atau dewasa madya.
Pada masa usia mahasiswa banyak peristiwa – peristiwa yang perlu untuk diperhatikan, antara lain yaitu : bila dilihat dari segi pertumbuhan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini adalah pemantapan pendirian hidup, yaitu pengujian lebih lanjut pendirian hidup serta penyiapan diri dengan keterampilan dan kemampuan – kemampuan yang digunakan untuk merealisasikan pendirian hidup yang telah dipilihnya. Mahasiswa ini termasuk kelompok khusus dalam suatu masyarakat maka mereka mulai mempersiapkan diri untuk menerima tugas – tugas pimpinan dimasa mendatang. Oleh karena itu mereka mulai mempelajari berbagai aspek kehidupan. Sebagai remaja pimpinan di pelajari dan dipersiapkan selama usia mahasiswa ini, misalnya kebudayaan berkeluarga, kemampuan memimpin, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan menyesuaikan diri secara sosial.
Mahasiswa akan mengalami perubahan secara perlahan demi sikap hidup yang idealistik ke sikap hidup yang realistik. Dengan deimikian keinginan – keinginan yang realistik dalam dirinya dan realitas dalam lingkungannya telah diganti dengan yang lebih berdasar kepada realistik. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa di kalangan mahasiswa tidak idealisme, justru pada mahasiswa ini hanya terdapat idealisme tetapi idealisme yang realistik yaitu yang dapat di terapkan dalam tindakan.
Dengan uraian – uraian ini di harapkan adanya suatu pemahaman mengenai manusia sebagai individu. “ manusia merupakan makhluk individual tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap – tiap itu merupakan pribadi yang khas, menurut corak kepribadiannya termasuk kecakapannya sendiri”.
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat yang menjadi latar belakangnya, karena dari sinilah kita akan baru bisa memahami seseorang individu seperti kata johnson.
“ .... person are what they are always in social context. ..... the solitary person unreal, abstract artifical, abnormal.... “

Kehadiran individu dalam suatu masyarakat biasanya ditandai oleh perilaku individu yang berusaha menempatkan dirinya di hadapan individi – individu lainnya yang telah mempunyai pola – pola perilaku yang sesuai dengan norma – norma dan kebudayaan di tempat ia merupakan bagiannya. Di sini individu akan berusaha mengambil jarah dan memproses dirinya untuk membentuk perlikakunya yang selaran dengan keadaan dan kebiasaan yang ada. Perilaku yang telah ada pada dirinya bisa adjustable, artinya ia bisa menyesuaikan diri. Namun ia bisa juga mengalami maladjustmen, yaitu kegagalan menyesuaikan diri, mengapa terjadi kegagalan ? kita bisa menelusuri kembali bentukan perilaku itu. Kepribadian mewujudkan perikelakuan manusia.

Manusia sebagai individu selalu berada di tengah – tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses dari individu untuk menjadi pribadi , tidak hanya didukung oleh dan di hambat oleh dirinya tetapi juga didukung dan dihambat oleh kelompok sekitarnya








BAB II
FUNGSI - FUNGSI  KELUARGA
            Keluarga adalah unit/ satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini, dalam hubungannya dengan perkembangan individu, sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Tidaklah dapat di pungkiri, bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan saja. Banyak hal – hal mengenai kepribadian yang dapat dirunut dari keluarga, yang pada saat pada saat – saat sekarang ini sering dilupakan orang. Perkembangan intelektual akan kesadaran lingkungan seorang individu seringkali dilepaskan dan bahkan dipisahkan dengan masalah keluarga. Hal hal semacam inilah yang sering menimbulkan masalah – masalah sosial, karena kehilangan pijakan. Keluargasudah seringkali kehilangan perannya. Oleh karena itu adalah kebijaksanaan kalau di lihat dan dikembalikan peranan keluarga dan proporsi yang sebenarnya dengan skala prioritas yang pas.
Keluarga pada umumnya diketahui terdiri dari seorang individu (suami) dan individu lainnya (isteri) yang selalu berusaha menjaga rasa aman dan ketentraman ketika menghadapi segala suka duka hidup dalam eratnya arti ikatan luhur hidup bersama.
            Keluarga biasanya terdiri dari suami, isteri dan anak anakny. Anak – anak inilah yang nantinya berkembang dan mulai bisa melihat dan mengenal arti diri sendiri dan kemudian belajar melalui pengenalan itu. Apa yang dilihatnya pada akhirnya akan memberikan suatu pengalaman individual. Dari sinilah ia mulai dikenal sebagai individu. Individu ini pada tahap selanjutnya mulai dirasakan bahwa telah ada individu – individu lainnya yang berhubungan secara fungsional. Individu – individu tersebut adalah keluarga yang memelihara cara pandang dam cara menghadapi masalah – masalahnya, membinanya dengan cara menelusuri dan meramalkanhari esoknya, mempersiapkan pendidikan, keterampilan dan udi pekertinya, akhinya keluarga menjadi semacam model untuk mengidentifikasikan sebagai keluarga yang broken home, moderate dan keluarga sukses.

A.    PENGERTIAN FUNGSI KELUARGA
Dalam kehidupan keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaan – pekerjaan yang harus dilakukan. Suatu pekerjaan atau tugas yang harus di lakukan itu biasa disebut fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan – pekerjaan atau tugas – tugas yang harus dilaksanakan didalam atau oleh keluarga itu.

B.     MACAM – MACAM FUNGSI KELUARGA
Pekerjaan – pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga itu dapat di golongkan/dirinci kedalam beberapa fungsi, yaitu :
a)      Fungsi biologis
b)      Fungsi pemeliharaan
c)      Fungsi ekonomi
d)      Fungsi keagamaan
e)      Fungsi sosial

o   Fungsi biologis
Dengan fungsi ini diharapkan agar keluarga dapat menyelenggarakanpersiapan – persiapan perkawinan bagi anak – anaknya. Karena dengan perkawinan akan terjadi proses kelangsungan keturunan. Dan setiap manusia pada hakikatnya terdapat semacam tuntutan biologis bagi kelangsungan hidup keturunannya melalui perkawinan.

Persiapan perkawinan yang oerlu dilakukan oleh orang – orang tua bagi anak – anaknya dapat berbentuk lain pengetahuan tentang kehidupan sex bagi suami istri,pengetahuan untuk mengatur rumah tangga bagi sang isteri, tugas dan kewajiban bagi suami, memelihara pedidikan bagi anak – anak dan lain – lain. Sehinga tepat pada waktunya ia sudah matang meneri,a baru dalam mengarungi hidup untuk rumah tanggannya.

Dengan persiapan yang cukup matang ini dapat mewujudkan suatu bentuk kehidupan tumah tangga yang baik dan harmonis. Kebaikan rumah tangga ini dapat membawa pengaruh yang baik pula bagi kehidupan bermasyarakat.

o   Fungsi pemeliharaan
Keluarga di wajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya daat terlindung dari gangguan – gangguan sebagai berikut :
1.      Gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah
2.      Gangguan penyakit dengan berusaha menyediakan obat – obatan.
3.      Gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan senjata, pagar tembok dan lain – lain.
Bila dalam keluarga fungsi ini telah dijalankan dengan dengan sebaik – baiknya sudah barang tentu akan membantu terpeliharanya keamanan dalam masyarakat pula. Sehingga terwujud suatu masyarakat yang terlepas/terhindar dari segala gangguan apapun yang terjadi.

o   Fungsi ekonomi
Keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok yaitu :
1.      Kebutuhan makan dan minum
2.      Kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya
3.      Kebutuhan tempat tinggal
Berhubung dengan fungsi ini keluarga juga berusaha melengkapi kebutuhan jasmani dimana keluarga ( orang tua ) diwajibkan berusaha agar anggotannya mendapat perlengkapan hidup yang bersifat individual. Perlengkapan jasmanilah keluarga yang sifatnya umum misalnya meja kursi, tempat tidur, lampu dan lain lain. Sedangkan perlengkapan jasmani bersifat individual misalnya alat – alat sekolah, pakaian, perhiasan dan lain lain.

            Juga dapat termasuk kedalam golongan perlengkapan jasmani adalah permainan anak. Permainan anak ini memiliki nilai bagi anak – anak untuk mengembangkan daya cipta disamping sebagai alat – alat rekreasi anak.

o   Fungsi keagamaan.
Dinegara indonesia yang berideologi pancasila berkewajiban pada setiap warganya ( rakyat ) untuk menghayati,mendalami dan mengamalkan pancasila didalm perilaku dan kehidupan keluarganya sehingga benar – benar dapat diamalkan P4 dan fungsi keluarga itu.

o   Fungsi sosial
Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak – anaknya bekal – bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai – nilai dan sikap – sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan – peranan yang diharapkan akan mereka jalankan kelak bila sudah dewasa. Dengan demikian terjadi apa yang disebut dengan istilah sosialisasi.
Dengan fungsi ini diharapkan agar didalam keluarga selalu terjadi pewarisan kebudayaan atau nilai – nilai kebudayaan. Kebudayaan yang diwariskan itu adlaah kebudayaan yang telah dimiliki oleh generasi tua yaitu ayah dan ibu, diwariskna kepada anak – anaknya dalam bentuk antara lain sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang baik buruknya perbuatan dan lain – lain.
Dengan melalui nasihat dan larangan, orang tua menyampaikan norma – norma hidup tertentu dalam bertingkah laku.
Dalam buku ilmu sosial dasar karangan Drs, Soewaryo Wangsanegara dikatakan bahwa fungsi – fungsi keluarga meliputi beberapa hal sebagai berikut :
a)      Pembentukan kepribadian dalam lingkungan keluarga para orang tua meletakkan dasar – dasar kepribadian kepada anak – anaknya edngan tujuan untuk memproduksikan serta melestarikan kepribadian mereka dengan anak cucu keturunannya. Mulai sejak anak – anak bertatih – tatih belajar berjalan sampai dengan usia sekolah dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab, lingkungan keluarga yang bertitik sentral pada anak ayah dan ibu secara intensif membentuk sikap dan kepribadian anak – anaknya.
Contoh : pada keluarga suku jawa atau suku sunda, seorang anak yang menerima sesuatu pemberian dari orang tua atau kerabar – kerabat keluarga harus menerima dengan tangan kanan. Bila anak menerima dengan tangan kiri, pemberian itu ditarik surut dan baru setelah anak menerima dengan tangan kanan pemberian itu benar – benar diberikan. Tindakan semacam ini merupakan suatu proses mendidik dan membentuk kepribadian dengan penuh kesadaran dan berencana. Secara bertahap anak – anak juga di ajari dan di beri pengertian mendasar, bagaimana harus bersopan santun bertingkah laku serta bertutur kata yang baik dan tepat terhadap teman – teman sebaya, orang tua dan kepada mereka yang patut dihormati. Apabila terjadi penyimpangan –penyimpangan yang telah digariskan orang tua akan langsung menegur dan spontan memberitahu anaknya bahwa hal – hal yang menyimpang dari tata cara yang telah digariskan adalah tidak benar, tidak sopan.
Turut menentukan pula tingkah laku seseorang terhadap orang lain, dalam pergaulan diluar lingkungan keluarganya.
b)      Erat kaitannya dengan butir a, keluarga juga berfungsi sebagai alat reproduksi kepribadian – kepribadian yang berakar dari ketika, estetika, moral keagamaan, dan kebudayaan yang berkorelasi fungsional dengan sebuah struktur masyarakat tertentu.
Contoh : dari keluarga seniman bali, diwariskan keterampilan seni patung atau seni tari bali kepada anak keturunannya, trampil pula sebagai seniman patung atau sebagai seniman tari bali, sebagai hasil reproduksi seni patung dan seni tari dalam lingkup keluarga tersebut.
            Akan berlaku serupa proses reproduksi dari materi – materi kebudayaan dari keluarga lain dari berbagai suku bansa di republik indonesia khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya.
c)      Keluarga merupakan eksponen dari kebudayaan masyarakat, karena menempati posisi kunci. Keluarga adalah sebagai jenjang dan perantara pertama dalam transmisi kebudayaan.
Pada kelompok masyarakat primitif, peranan keluarga adalah maha penting sebagai transisi kebudayaan, sekalipun sudah ada pula perantara – perantara lain. Namun demikian pada masyarakat primitif, peranan keluarga sebagai penyaluran ( transmisi ) kebudayaan sudah tidak memadai lagi.
Lembaga lembaga non formal ataupun formal seperti sekolah –sekolah adalah perantara – perantara dalam bentuk lain dalam transmisi kebudayaan. Semaikn maju dan dinamis suatu kelompok masyarakat makin banyak memerlukan sekolah – sekolah. Sejalan dengan itu semakin besar pula fungsi sekolah sebagai perantara dalam transmisi kebudayaan. Sebaliknya fungsi keluarga sebagai lembaga transmisi kebudayaan secara realtif semakin mundur.
Contoh : televisi sebagai produk teknologi modern sudah sedemikina besar berperan sebagai transmisi kebudayaan. Bahkan menurut margaret mead ( antropolog dari amerika serikat ) menyatakan bahwa peranan televisi sebagai transmisi kebudayaan sudah melebihi peranan transmisi kebudayaan lainnya ( mayor Polak 1979 : 108 )
d)      Keluarga berfungsi sebagai lembaga perkumpulan perekonomian. Dalam masyarakat primitf biasanya terdapat sistem kekeluargaan yang sangat luas. Akan tetai kehidupan perekonomian masih belum berkembang. Pada kelompoik – kelompok masyarakat yang lebih kompleks tetapi belum masuk pada era masyarakat industri, perekonomoian mereka sudah mulai berkembang. Namun begitu ikatan ikatan kekeluargaan masih terjalin kuat dan sering mempengaruhi atau menguasai bidang perekonomian mereka.
Contoh : dalam lingkungan “ keluarga besar “ suku batak karo maupun simalungun di sumatera utara, huta atau kuta yang memegang hak ulayat aras penguasaaan tanah pertanian, baik berupa sawah atau ladang. Tanah – tanah pertanian yang dikuasai huta atau kuta dapat diolah angota – anggota keluarga laki laki. Mereka dapat menggarap tanah pertanian itu seperti tanah milik sendiri. Akan tetapi tidak dapat menjual tanpa persetujuan dati huta yang di putuskan dengan musyawarah adat. Dalam lingkungan suku batak karo dan simalungun, ada perbedaan antara golongan keturunan ari para pendiri huta atau kuta disebut marga tanah memiliki tanah paling luas . sedangkan golongan lainnya memiliki tanah hanya cukup untuk hidup ( koentjaraningrat, 1979 : 101 ). Kendatipun demikian tanah pertanian yan dimiliki setiap individu juga ada. Pada keluarga suku batak tiba misalnya, ada tanah panjaen, tanah yang dimiliki seorang laki – laki atas pemberian orang tuanya, segera sesudah berumah tangga. Sebaiknya dalam masyarakat yang berindustrialisasi, perekonomiannya berkembang pesat. Perkembanga perekonomian itupun tidak mutlak sepenuhnya didukung oleh para pengelola dari sanak keluarga, namun cenderung terlepas dari ikatan – ikatan kekeluargaan.
e)      Keluarga berfungsi sebagai pusat pengasuhan dan pendidikan. Dalam lingkungan masyarakat primitif, untuk keperluan pengasuhan dan pendidikan anak – anak ( baik anak laki maupun perempuan ) dibangun balai pendidikan. Balai pendidikan akan dimiliki oleh “ keluarga besar batih. Dalam masa pendidikan, anak laki – laki atau perempuan mempunyai tempat sendiri – sendiri, namun harus tetap tinggal di balai pendidikan yang terpisah. Pelaksanaan pendidikan anak laki – laki di tangani oleh ayah bibi dari pihak ibu. Materi – materi pendidikan harus diketahui dan harus dikuasai oleh seorang anak laki – laki dalam masa pendidikan dan seterusnya hingga dewasa, misalnya : membuat api, menebang pohon, membuat kapak, memperbaiki peralatan, termasuk alat – alat berburu, menangkap ikan, berdagang bahkan pengetahuan mengenai seks juga harus diketahui dan dikuasai ( koentjaraningrat, et. Al ., 1963 : 228 )

Pengasuhan dan pendidikan anak – anak perempuan lebih dititik beratkan kepada penguasaan tata cara kehidupan dalam rumah tangga. Selain dari itu diajarkan pula bagaimana bekerja mencari dan mengambil air dan bekerja diladang.

Sistem pendidikan semacam ini berlaku dalam lingkungan msayarakat suku pedalaman atau pesirdi irian jaya, sebelum tahun 1960-an. Dalam peradaban modern dewasa ini, sistem pendidikan yang berlangsung di  balai pendidikan ( laki – laki atau perempuan )seperti itu sudah jarang di dapat
Secara merata sistem pendidikan serupa itu telah diganti oleh sekolah – sekolah.

BAB III
INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
1)    PENGERTIAN INDIVIDU
Individu berasal dari kata latin, “ individuun “ yang artinya yang tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yan terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan, demikian pendapat Dr.A.Lysen.

2)    PENGERTIAN KELUARGA
Ada beberapa pandangan atau anggapan mengenai keluarga. Menurut sigmud freud keluarga itu terbentuk adanya perkawinan pria dan wanita. Bahwa perkawinan itu menurut beliau adalah berdasarkan pada libido seksualis. Dengan demikian keluarga merupakan manifestasi dari pada dorngan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami isteri.
Perlu kita ketahui bahwa nafsu seksual memang harus dijuruskan dengan cara – cara yang dapat diterima oleh norma hidup. Namun hidup seksual itu tidak langgeng sebab seksualitas manusia akan mati sebelum manusia itu sendiri mati. Kehidupan seksual manusia itu berubah – ubah dari masa ke masa, dari umu ke umur dari keadaan yang satu ke keadaan yang lain.

Oleh karena itu apabila keluarga ini benar – benara dibangun atas dasar hidup seksual, maka keluarga itu akan lebih goyah terus dan akan segera pecah setelah kehidupan seksual suami isteri itu hilang. Hal ini kurang realistis. Lain halnya adler berpendapat bahwa mahligai keluarga itu dibangun berdasarkan hasrat atau nafsu yang berkuasa. Tetapi inipun tidak realistis sebab menurut nalar keluarga yan dibangun diatas dasar nafsu memguasai tiu tidak pernah sejahtera. Padahal yang dicita – ciakan adalah keluarga bahagia sejahtera.
Durkheim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga sosial sebagai hasil faktor – faktor politik ekonomi dan lingkungan.
Ki hajar dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh suatu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama – sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing – masing anggotanya.

3)    PENGERTIAN  MASYARAKAT
Drs JBAF Mayor polaj menyebut masyarakat ( society ) adalah wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas banyak sekali kolektiva – kolektiva serta kelompok dan tiap – tiap kelompok terdiri atas kelompok – kelompok lebih baik atau subkelompk.
Kemudian pendapat dari prof M.M Djojodiguno tentang masyarakat adalah suatu kebetulan dari pada segala perkembangan dalam hidup bersama atara manusia dengan manusia. Akhirnya hasan sadily berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu keadaan badan atau kumpulan manusia hidup bersama.
Jelasnya : masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma – norma, adat istiadat yang sama – asma ditaati dalam lingkungannya.
Tatanan kehidupan norma –norma yang mereka miliki itulah yang menjadi dasar kehidupa sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri –ciri kehidupan yang khas. Dalam lingkungan itu, antara orang tua dan anak, antara ibu dan ayah, antara kake dan cucu, antara seama kaum lai – laki atau sesama kamu permepuan, larut dalam suatu kehidupan yang teratur dan terpadu dalam suatu kelompok manusia, yang disebut masyarakat.
Memiliki kenyataan dilapangan, suatu kelompok masyarakat dapat berupa suatu suku bangsa, bisa juga berlatar dari berbagai suku.

Contoh : yang disebut masyarakat jakarta atau orang betawi, pada hakikatnya berakar dan bernenek moyang dari berbagai suku. Salah satu di antaranya adalah suku sunda, jawa barat. Erat kaitannya dengan itu tatanan kehidupan, norma – norma dan adat isitiadat yang memberi warna kepribadian orang betawi, salah satu diantaranya berakar dan berasal dari kebudayaan dan kepribadian suku sunda dan jawa barat.

GOLONGAN MASYARAKAT
Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat, dapat di golongkan menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat maju ( masyarakat modern ).
a)      Masyarakat sederhana. Dalam lingkungan masyarakat sederhana ( primitif ) pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja dalam bentuk lain tidak terungkap dengan jelas, sejalan dengan pola kehidupan dan pola perkeonomian masyarakat primitif atau belum sedemikian rupa seperti pada masyarakat maju.
Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, nampaknya berpangkal tolak dari latar belakang adananya kelemahan dan kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi tantangan – tantangan alam yang buas pada saat itu. Berburu atau menangkap ikan di laut misalnya, merupakan pekerjaan berat yang menurut keberanian, keterampilan serta kemampuan daya tahan fisik yang kuat. Oleh karena itu, kedua bidang pekerjaan daya tahan fisik yang kuat. Oleh  karena itu, kedua bidang pekerjaan ini tercatat sebagai monopoli pekerjaan kamu lelaki, disamping pekerjaan – pekerjaan lain, misalnya menebang pohon, mempersiapkan serta membersihkan lahan pertanian untuk berladang dan memelihara ternak besar. Mengurus rumah tangga, menyusui dan mengasuh anak – anak, merajut, membuat pakaian dan bercocok tanam adalah pekerjaan orang perempuan. Demikian kaum wanita tidak saja mengurus anak – anak tetapi juga membuat barang – branag anyaman, seperti keranjang dan mengumpulkan sayuran liar, buah – buahan dan binatang – binatang kerang ( M. Amir Sutaarga, 1960: 41 – 42 )
Kalau lah pada saat mengelola tanah pertanian ( ladang atau kebun ) dikerjakan bersama – sama, amka pekerjaan yang berat seperti : membuka lahan, menyingkirkan pohon – pohon yang tumbang, dikerjaan oleh orang laki – laki. Kaum wanita mengerjakan yang ringan – ringan, misalnya menyebar benih menyiangi rumput ( raymond Firth, et.al 1961 : 107 ). Karena dirasakan perlu menambakan tenaga kerja ada kalanya pada beberapa masyarakat primitif, seorang isteri meminta kepada suam supaya mengambil seorang isteri lain untuk meringankan pekerjaan rumah tangganya ( raymond Firth 1961 : 120 ). Pada suku nehe, jika seseorang laki – laki mempunyai lebih banyak isteri, dia terhindar dari pekerjaan pertanian yang sangat berat.
Dengan latar belakang seperti itu, jelas bahwa antara sang suami dengan sang isteri, dan antara sesama isteri terjadi pembagian kerja dengan kesepakatan yang dapat diterima satu sama lain.
b)      Masyarakat maju. Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial atau lebih akrab dengan sebutuan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dengan perkembangan berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan di capai.
Organisasi kemasyarakatan itu dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan terbatas sampai pada cakupan nasional, regional maupun internasional.

MASYARAKAT IDUSTRI DAN NON IDUSTRI
Dalam lingkungan masyarakat maju dapat dibedakan sebagai kelompok masyarakat non industri.
1.      Masyarakat non idustri
Secara garis besar, kelompok nasional atau organisasi kemasyarakatan non industri dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu kelompok primer ( primary Group ) dan kelompok sekunder ( secondary Group ).
(a)   Kelompok primer
Dalam kelompok primer, interaksi antar anggota terjalin lebih intensif, lebih erat, lebih akrab. Kelompok primer ini disebut juga kelompok “ face to face group”, sebab para anggota kelompok sering berdialog, bertatap muka karena itu saling mengenal lebih dekat, lebih akrab, sifat interaksi dalam kelompok – kelompok primer bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja atau pembagian tugas pada kelompok menerima serta menjalankan tugas tidak secara paksa, lebih dititik beratkan pada kesadaran tanggung jawab para anggota dan berlangsung atas dasar rasa simpati dan secara sukarela.

Contoh – contoh kelompok primer antara lain : kekeluarga rukun
tetangga, kelompok belajar, kelompok agama dan lain sebagainya.


(b)   Kelompok sekunder
Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak langsung, formal juga kurang bersifat kekeluargaan. Oleh karena yaitu sift interaksi pembagian kerja, pembagian kerja antara anggota kelompok di atur atas dasar pertimbangan – pertimbangan rasional, obyektif.
Para anggota menerima pembagian kerja/pembagian tugas atas dasar kemampuan keahlian tertentu disamping dituntut dedikasi. hal – hal semacam itu diperlukan untuk mencapai target dan tujuan tertentu yang telah di plot dalam program – program yang telah sama – sama disepakati. Contoh – contoh kelompok sekunder misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja/serikat buruh, organisasi profesi dan sebagainya. Berlatar belakang dari pengertian resmi dan tak resmi, maka tumbuh dan berkembang kelompok forma ( formal group ) atau lebih akrab dengan sebutan kelompok resmi dan kelompok tidak resmi (informal group). Inti perbedaaan yang terjadi adalah : kelompok tidak resmi tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga ( ART ) seperti yang lazim berlaku pada kelompok resmi.
Namun demikian, kelompok tidak resmi juga mempunyai pembagian kerja, peranan – peranan seta hiraki tertentu, norma – norma tertentu sebagai pendoman tingkah laku para anggota beserta konvensi – konvensinya. Tetapi hal ini tidak dirumuskan secara tegas dan tetrtulis seperti pada kelompok resmi ( W.W. Geurungan. 1980 :91 ).
Contoh : semua kelompok sosial, perkumpulan – perkumpulan atau organisasi – organisasi kemasyarakatan yang dimiliki anggota kelompok tidak resmi.
Sering kali dalam tubuh kelompok resmi juga terbentuk kelompok tak resmi. Angota – anggotanya terdiri atas beberapa individu atau beberapa keluarga saja. Sifat interaksinya berlangsung saling mengerti yang lebih mendalam, karena latar belakang pengalaman – pengalaman, senasib sepenangungan dan pandangan pandangan yang sama.
2.      Masyarakat Industri
Durkheim mempergunakan variasi pembagian kerja sebagai dasar untuk mengklarifikasikan masyarakat. Sesuai dengan taraf perkembangannya. Akan tetapi ia lebih cenderung mempergunakan dua taraf klarifikasi, yaitu yang sederhana dan yang kompleks. Masyarakat – masyarakat yang berada di tengah kedua ekstrem tadi diabaikannya ( soerjono soekanto 1982 : 190 )
Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat semakin tinggi, solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara kelompok – kelompok masyarakat yang telah mengenal pengkhususan. Otonomi sejenis juga menjadi ciri dari bagian/ kelompok – kelompok masyarakat industri. Otonomi sejenis dapat diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada batas – batas tertentu.
Contoh – contoh : tukang roti, tukang sepatu, tukang bubut, tukang las, ahli mesin, ahli listrik dan ahli dinamo, mereka dapat bekerja secara mandiri. Dengan timbulnya spesialisasi fungsional, makin berkurang pula ide – ide kolektif untuk diekspresikan dan dikerjakan bersama. Dengan demikian semakin kompleks pembagian kerja, semakin banya timbul kepribadian individu. Sedah barang tentu masyarakat sebagai keseluruhan memerlukan derajat intergrasi yang serasi. Akan tetapi hanya akan sampai pada batas tertentu, sesuai dengan bertambahnya individualisme.
Abad ke-15 sebagai pangkal tolak dari berkembang pesatnya industrialisasi, terutama didaratan eropa. Hal tersebut telah  melahirkan bentuk pembagian kerja antara majikan dan buruh. Semula pembagian kerja antara majikan dan buruh atau mereka ayng magang bekerja berjalan serasi sehingga konflik jarang terjadi.
Laju pertumbuhan industri – industri membawa konsekuensi memisahkan pekerja dengan majika lebih nyata. Majikan sebagai pemilik modal monopoli posisi – posisi tertentu, sehingga menimbulkan konflik. Sejalan dengan kompleksitas pembagian kerja pekerjaan menjadi tambah rumit dan terlau khusus. Akibat terjadi konfli – konflik yan tak dapat dihindari kamu pekerja membentuk serikat serikar kerja/ serikat buruh.
Awal perjuangan tesebut ditandai dengan keinginan untuk memperbaiki kindisi kerja dan upah. Perjuangan kamu buruh semakin meningkat, terutama di perusahaan – perusahaan besar. Ketidak puasaan kaum buruh terhadap kondisi kerja dan upah semakin meluas. Akumulasi ketidak puasan buruh menjadi bertambah, karena kamum industrialis mengganti tenaga manusia oleh mesin mesin. Hal ini berakibat membawa stagnasi mental para buruh, lambat laun menjadi luntur kebanggan memiliki keterampilan dan spesialisasi semakin meningkat. Dengan demikian pembagian kerja semakin timpang dan tidak adil
BAB IV
HUBUNGAN ANTARA INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
A.    MAKNA INDIVIDU
Manusia adalah mahluk individu. Mahluk individu berari mahkluk yang tidak dapat di bai – bagi. Tidak dapat di pisah pisahkan antara jiwa dan raganya.
Paraahli psikologo modern menegaskan bahwa mausia itu merupakan suatu kesatuan jiwa raga yang kegiatannya sebagai keseluruhan, sebagai kesatuan. Kegiatan manusia sehari hari merupakan kegiatan keseluruhan jiwa raganya. Bukan hanya kegiatan alat – alat tubuh saja, atau bukan hanay aktivitas dari kemampuan – kemampuan jiwa satu persatu terlepas dari pada yang lain.
Contoh : manusia sebagai mahluk individu mengalami kegembiraan atau kecewa akan terpaut dengan jiwa dan raganya. Tidak ganya dengan mata telinga, tangan, kemauan dan perasaan saja. Dalam kegembiraannya manusai dapat mengagumi dan merasakan suatu keindahan, karena ia mempunyari rasa keindahan rasa estetis danlam individunya.
Suatu keindahan ia kagumi dan ia nikmati melalui indera mata dan indera perasaan yang berbaut menjadi satu kesatuan.
Tegasnya apabila kita mengamati sesuatu, maka kita bukan hanya melihat sesuatu dengan alat mata kita saja, melainkan juga seluruh minat dan perhatian yang kita curahkan kepada objek yang kita amati itu.minat dan perhatian ini sangat dipengaruhi oleh niat dan kebutuhan kita pada waktu itu. Dalam pengamatan suatu objek keseluruhan jiwa raga kita terlibat dalam proses pengamatan itu dan tidak hanya indera mata saja.
Pendapat lain bahwa manusia sebagai mahluk individu, tidak hanya dalam arti mahluk keseluruhan jiwa rag, melainkan juga dalam arti bahwa tiap – tiap orang itu merupakakan pribadi ( individu ) yang khas menurut corak kepribadiannya, termasuk kecakapan – kecakapan serta kelemahan kelemahannya. Sehubungan dengan itu, fallport merumuskan kepribadian manusia sebagai mahluk individu adalah sebagai berikut : kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem – sistem psycho – physik dalam individu yang turut menentukan cara – caranya  yang unik ( khas ) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Kenyataan –kenyataan yang kita dapati dalam keidupan sehari – hari setiap individu berkembang sejalan dengan ciri – cirinya khasnya, walaupun dalam kehidupan lingkungan yang sama. Contohnya yang sangat tepat adalah anak kembar. Dua individu manusia yang berasal dari satu keturunan yang sama. Bersumber dari indung telur, tetapi toh – tetap memiliki karakter ramah tamah,periang dan mudah bergaul dengan teman – teman sebaya dalam lingkungannya. Anka yang satu lagi bersifat tertutup,pemalu sukar bergaul dengan teman – teman sebaya dan lingkungannya.
Untuk menjadi individu yang mandiri harus melalui proses proses yang dilaluinya adalah proses pemantapan dalam pergaulan dilingkunga keluarga pada tahap pertama. Karakter yang khas itu terbentuk dalam lingkungan keluarga secara bertahap dan akan mengendap melalui sentuhan – sentuhan interaksi : etika, estetika dan moral agama. Sejak anak manusia dilahirkan ia membutuhkan proses pergaulan dengan orang – orang lain untuk memenuhi kebutuhan batiniah dan lahirian yang membentuk dirinya. Menurut sigmund freud superego pribadi manusia sudah mulai terbentuk pada saat manusia berumur 5 -6 tahun.

B.     MAKNA KELUARGA
Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting didalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki – laki dan wanita. Perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptaka dan membesarkan anak – anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial ini mempunyai sifat – sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat.

Disini kita sebutkan 5 macam sifat yang terpenting, yaitu :
1.      Hubungan suami isteri
Hubungan ini mungkin berlangsung seumur hidup dan mungkin dalam waktu yang singkat saja. Ada yang berbentuk monogomi ada pula yang poligami. Bahkan masyarakat yang sederhana terdapat “ group married “ yaitu sekelompok wanita dengan sekelompok pria.
2.      Bentuk perkawinan dimana suami isteri itu diadakan dan dipelihara.
Dalam pemilihan  jodoh dapat kita lihat, bahwa calon suami – isteri itu dipilihkan oleh orang orang tua mereka. Sedang pada masyarakat lainnya diserahkan pada orang orang yang bersangkutan. Selanjutnya perkawinan ini ada yang berbentuk indogami ( yakni kawin didalam golongan sendiri, ada pula yang berbentuk exogami, yaitu kawin diluar golongan sendiri).
3.      Susunan nama – nama dan istilah istilah termasuk cara menghitung keturunan.
Didalam beberapa masyarakat keturunan dihitung melalui garis laki – laki misalnya : di batak. Ini disebut patrilineal. Ada yang melalui garis wanita. Di minangkabau wanita tidak mempunyai hak apa – apa bahkan hartanya oun tidak di urusi oleh wanita itu, melainkan di urus oleh adik atau saudara perempuannya. Sistem ini disebut :  avonculat
4.      Milik atau harga benda keluarga
Dimanapun keluarga itu pasti milik untuk kelangsungan hidup para anggota – anggotanya.
5.      Pada umumya keluarga itu tempat bersama/ rumah bersama.

C.     MAKNA MASYARAKAT
Seperti hanya dengan definisi sosiologi yang banyak jumlahnya kita daoati pula definisi definisi tentang masyarakat yang juga tidak sedikit. Definisi adalah sekedar alat ringkat untuk memberikan batasan – batasan mengenai sesuatu persoalan atau pengertian ditinjau daripada analisa. Analisa inilah yang memberikan arti yang jernih dan kokoh dari sesuatu pengertian.
Mengenai arti masyarakat ini, baiklah sinikita kemukakan beberapa definisi mengenai masyarakat itu, seperti misalnya :
1.      R.Linton : seorang ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehinga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas – batas tertentu .
2.      M.J Herskovit : menulis bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikut satu cara hidup tertentu.
3.      J.L Gilin dan J.P Gillin : mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan tradisi sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan – pengelompokan yang lebih kecil.
4.      S.R Steinmetz : seorang sosiologi bangsa belanda, mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar yan meliputi pengelompokan – pengelompokan manusia yang lebih keci yang mempunyai perhubungan yang erat dan teratur.
5.      Hasan Sadily : mendefinisikan masyarakat adalah olongan besar atau kecil dari beberapa manusia dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.
Kalau kita megikuti definisi linton, maka masyarakat itu timbul dari setiap kumpulan individu, yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama dalam waktu lama.
Kelompok manusia yang dimaksud diatas yang belum terorganisasikan mengalami proses yang fundamental,yaitu :
a.      Adaptasi dan organisasi dari tingkah laku para anggota.
b.      Timbul perasaan berkelompok secara lambat laun atau lesprit de corps.
Proses ini biasanya bekerja tanpa disadari dan diikuti oleh semua anggota kelompok dalam suasana trial dan error. Dari uraian tersebut diatas dapat kita lihat bahwa masyarakat dapat mempunyai arti yang luas dan arti yang sempit. Dalam arti yang sempit masyarakat dimaksud sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek – aspek tertentu, misalnya teritorial, bangsa, golongan dan sebagainya.
Umpamanya : ada masyarakat mahasiswa, masyarakat jawa dan masyarakat sunda, masyarakat minag , masyarakat tani dsb. Diapakailah kata masyrarakat itu dalam arti yang sempit.
Mengingat definisi – definisi masyarakat tersebut diatas, maka dapat ambil kesimpulan bahwa masyarakat harus mempunyai syarat – syarat sebagi berikut :
a.      Harus ada pengumpulan manusia dan harus banyak buakn pengumpulan binatang
b.      Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama dalam suatu daerah tertentu
c.       Adanya aturan – aturan atau undang – undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
Didalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, yang penting ialah reaksi manusia bertambah luas. Misalnya seorang yang menyanyi ia memerlukan reaksi berupa pujian atau celaan guna mendorong tindakan selanjutnya. Di dalam memebrikan reaksi tersebut ada kecenderungan untuk menserasikan dengan tindakan orang lain.
Hal ini disebabkan manusia sejak mempunyai 2 hasrat/keinginan yaitu :
-          Keinginan unuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya,ilmu sosial.
-          Keinginan untuk menjadi satu dengan suasan sekelilingnya
Untuk dapat menyesuaikan diri dengan kedua lingkunga tersebut manusia menggunakan pikiran untuk dapat mengadapi udara dingin, alam yang kejam dan sebagainya manusia menciptakan rumah, pakaina dll. Manusia juga harus makan agar etap sehat  utnuk itu ia mengambil makanan sebagai hasil dari alam sekitarnya denga menggunakan akal. Untuk mencari makanannya, manusia di laut mencari ikan sebagai nelayan, di hutan manusia terbaru.
Kesemuanya itu di timbulkan kelompok – kelompok sosial ( sosial Groups )dalam kehidupan manusia, karena manusia tak mungkin hidup sendiri.
Menurut ellwood, faktor – faktor yang menyebabkan manusia hidup bersama adalah:
a.      Dorongan untuk mencari makan, penyelenggaraan untuk mencari makanan itu lebih mudah di lakukan dengan bekerjasama.
b.      Dorongan untuk mempertahankan diri terutama pada keadaan primitif dorongan ini merupakan cambuk untuk kerjasama.
c.       Dorongan untuk melasungkan jenis.
Manusia sebagai mahluk sosial mana pun tersusun dalam kelompok – kelompok. Fakta ini menunjukan manusia mempunya sosial akan pembawaan kemasyarakatan ( sejumlah sifat – sifat dapat berkembang dalam pergaulan dengan sesamanya ) seperti hasrat bergaul dan sebagainya.
Kecenderungan sosial ini merupakan keasnehan yaitu perasaan yan lain. Misalnya harga diri. Rasa harga diri tampak sebagai keinginan untuk berharga tetapi juga kelihatan berharga. Orang yang gila hormat misalnya sebetulnya bertindak karena dorongan penghargaan orang lain. Kadang – kadang rasa harga diri berhubungan juga dengan suatu kelompok sosial tertentu, misalnya seorang anggota parpol akan bangga kalau parpolnya dapat menunjukan prestasi yan baik. Kerap kali harga diri menjelma menjadi nafsu untuk berkuasa.
Suatu himpunan manusia supaya kelompok sosial haris memenuhi syarat – syarat antara lain :
1.      Setiap anggotanya harus sadar bahwa ia merupakan bagian lain kelompoknya.
2.      Ada hubungan timbal balik atara anggota – anggotanya.
3.      Ada faktor yang dimiliki bersama, seperti nasib yang sama kepentingan yang sama, tujuan yang sama. Ideologi yang sama dan sebagainya.
Jadi masyarakat itu di bentuk oleh individu – individu yang beradab dalam keadaan sadar. Individu – individu yang hilang ingatan , individu – individu yan fikirannya rusak, individu- individu type pertapa tidak dapat menjadi anggota masyarakat permanen, melainkan hanyalah kepada mereka yang benar – benar saling mengikatkan dirinya dengan individu – individu lainnya.
Membentuk satu kesatuan dapat disebut individu sebagai anggota masyarakat.
Dapatlah kita membedakan pengertian anatara individu sebagai perseorangan dan individu sebagai mahluk sosial. Individu perseorangan berarti individu berbeda dalam keadaan tidak berhubunga dengan individu lainnya. Atau dengan kata lain : individu yang sedang dalam keadaan memutuskan hubungannya dengan alam sekitarnya, khususnya masyarakat.
Sedang individu sebagai mahluk sosial berarti individu yang sedang mengadakan hubungan dengan alam sekitarnya, khususnya masyarakat. Disini kita dapati manusia dengan sadar menghubungkan sikap tingkah laku dan perbuatannya dengan individu – individu lainnya. Sehingga terbentuklah suatu kelompk yang besar dan apabila kelompok – kelompok itu berjalan constant, maka itula yang disebut masyarakat.
Sesungguhnya telah kita bedaka dua pengertian individu tersebut sebagai dua pengertian contras, namun kodratnya manusia itu adalah “ mahluk sosial “ bukan mahluk individual. Kenyataan ini sesuai dengan rumus aristoteles : man is by nature a political animan, yang artinya : manusia pada kodratnya adalah mahluk yang berkumpul – kumpul atau dengan singkat manusia itu adala zoon politicon.
Bila rumusan tersebut kita terima dengan sungguh – sungguh sesuai dengan kenyataannya, maka tak ada jalan lain utnuk mengatakan bahwa manusia sebagai mahluk sosial adalah sudah pada kodratnya, auguste comte tersendiri di dalam ilmu pengetahuan sosiologi berpendapat bahwa : kehendak berkumpul itu memang terkandung di dalam sifat manusia. Nyatalah bahwa manusia pada kodratnya adalah mahluk sosial yaitu mahluk yang bertindak seirama dengan kehendak umu yaitu masyarakat.
Kurang lebih 81,2% dari wilayah indonesia bertempat tinggal di desa. Partisipasinya masyarakat pedesaan amat diperlukan bagi hasilnya pembangunan dan sekaligus akan dapat meningkatkan penghidupan masyarakat di pedesaan.
Setiap program pembangunan desa di maksudkan untuk membantu dan memacu masyarakat desa membangun berbagai sarana dan prasaran desa yang di perlukan. Lamgkah ataupun kebijaksanaan yang akan di ambil oleh pemerintah dalam melaksanakan pembangunan perlu diletakan dalam satu kesatuan dengan daerah kota dalam rangka pengembangan wilayah ayng terpadu.
Kebijaksanaan tersebut akan di dukung pula dengan adanya lembaga  lembaga sosial maupun ekonomi yang sudah ada di pedesaan seperti lembaga sosial desa ( LSD ) yang sekarang sudah menjadi lembaga ketakahan masyarakat desa ( LKMD ). Koperasi Unit desa ( KUD ), badan unit – unit desa ( BUUD ) dan unit daerag kerja pembangunan ( UDKP ) Dsb. Oleh karena itu fungsi dan peranan desa menjadi sangat berarti bagi ketahanan negara atau ketahanan nasional republik indonesia.



B.     UNSUR UNSUR DESA
1.      Daerah dalam arti tanah – tanah yang produktif dan yang tidak, beserta penggunaannya, termasuk juga usur lokasi, luas dan batas yang merupakan lingkungan geografis setempat.
2.      Penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk desa setempat.
3.      Tata kehidupan dalam hal ini pola pergaulan dan ikatan ikatan pergaulan warga desa jadi menyangkut seluk beluk kehidupan masyarakat
Ketiga unsur desa ini tidak lepas satu sama lain, artinya tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan. Unsur daerah,penduduk dan tata kehidupan merupakan suatu kesatuan hidup atau “ living unit “.
Daerah menyediakan kemungkinan hidup, pendudul menggunakan kemungkinan yang di sediakan oleh daerah itu guna mempertahankan hidup, tata kehidupan, dalam artian yang baik memberikan jaminan akan ketrentaman dan keserasian hidup bersama di desa.
Unsur lain yan termasuk unsur desa yaitu unsur letak. Letak suatu desa pada umumnya selalu jauh dari kota atau dari pusat – pusat keramaian. Peninjauan ke desa – desa atau perjalanan ke desa sama artinya dengan menjauhi kehidupan di kota dan lebih mendekati daerah daerah yang monoton dan sunyi. Desa desa yang pada perbatasan kota mempunyai kemampuan berkembang yang lebih banyak dari pada desa – desa di pedalaman.
Unsur letak menentukan besar kecilnya isolasi suatu daerah terhadap daerah – daerah lainnya. Desa yang terletak jauh dari batasan kota mempunyai tanah – tanah pertanian yang luas. Ini diseababkan karena penggunaan tanahnya lebih banyak dititik beratkan pada tanaman pokok dan beberapa tanaman perdagangan dari pada gedung – gedung atau perumahan.
Penduduk merupakan unsur yang penting bagi desa “ potensial ma power “ terdapat di desa yang masih terikat hidupnya dalam bidang pertanian. Kadang kadang di beberapa desa terdapat tenaga tenaga yang berlebihan di bidang pertanian, sehingga timbul apa yang disebut dengan istilah pengangguran tak kentara atau “disguished unemploment” dalam hal ini perlu di perhatikan penyaluran – penyaluran yang sebaik – baiknya misalnya dengan lebih meningkatkan dan menyebarkan “rural indutries” atau migrasi yang efisien.
Corak kehidupan di desa didasarkan pada ikatan kekeluargaan yang erat. Masyarakat merupakan suatu “ gemeinschaft” yang memeiliki unsur gotong royong yang kuat. Hal ini dapat di mengerti karena penduduk desa merupakan “face group” dimana mereka saling mengenal betul seolah – olah mengenal dirinya sendiri.
Faktor lingkungan geografis memberi pengaruh juga terhadap kegotongroyongan ini misalnya saja :
a.        Faktor topografi setempat yang memberikan suatu ajang hidup dan suatu bentuk adaptasi kepada penduduk.
b.       Faktor iklim yang dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap penduduk terutama petani – petaninya.
c.        Faktor bencana alam seperti letusan gunung , gempa bumi, banjir dan sebagainya yang harus di hadapi dan di alami bersama
BAB V
URBANISASI DAN URBANISME
A.    DEFINISI URBANISASI
Sehubungan dengan perbedaan antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan, kiranya perlu pula disinggung perihal urbanisasi. Urbanisasi adalah suatu proses berpindahnya peduduk dari desa ke kota atau dapat pula di katakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan.

B.     PROSES URBANISASI
Proses urbanisasi boleh dikatakan terjadi di seluruh dunia, baik pada negara – negara yang sudah maju industrinya maupun yangsecara relatif belum memiliki industri. Bahwa urabnisasi mempunyai akibat – akibat yang negatif terutama dirasakan oleh negara yang agraris seperti indonesia ini. Hal ini terutama disebabkan karena pada umumnya produksi pertanian sangat rendag apabila di bandingkan dengan jumlah manusia yang dipergunakan dalam produksi tersebut dan boleh dikatakan bahwa faktor kebanyakan penduduk dalam suati daerah “ over population” merupakan gejala yang umum di negara agraris yang secara ekonomis masih terbelakang.
Proses urbanisasi dapat terjadi dengan lambat maupun cepat hal mana tergantung dari pada keadaan masyarakat yang bersangkutan. Proses tersebut terjadi dengan menyangkut dua aspek yaitu :
-          Perubahannya masyarakat desa menjadi masyarakat kota
-          Bertambahnya penduduk kota yang disebabkan oleh mengalirnya penduduk yang berasal dari desa – desa ( pada umumnya disebabkan karena penduduk desa merasa tertarik dengan keadaan kota )
Sehubungan dengan proses tersebut di atas ,aka ada beberapa sebab yang mengakibatkan suatu daerah tempat tinggal mempunyai penduduk yang baik, artinya adlaah sebab suatu daerah mempunyai daya tarik sedemikian rupa sehinnga orang – orang pendatang semakin banyak. Secara umu dapat dikatakan bahwa sebab sebabnya adalah sebagai berikut :
1)      Daerah yang termasuk menjadi puast pemerintahan atau menjadi ibu kota ( seperti contohnya jakarta )
2)      Tempat tersebut letaknya sangat strategis seklai usaha – usaha perdagangan/ perniagaan, seperti misalnya sebuah kota pelabuhan atau sebuah kota yang letaknya dekat pada sumber – sumber bahan – bahan mentah.
3)      Timbulnya industri di daerah itu, yang memproduksikan barang barang maupun jasa – jasa.





DAFTAR PUSTAKA

v BUKU MKDU Ilmu Sosial Dasar karangan Harwan tiyoko dan neltjee F. Katuuk.
v